Beda dengan Polisi, Pihak UNS Sebut Tidak Ada Lebam pada Jenazah Mahasiswanya

Gilang Endy Saputra (23) yang meninggal dunia saat mengikuti Pendidikan dan Latihan Dasar Resimen Mahasiswa (Diklatsar Menwa) pada Minggu (24/10/2021) petang.

Ronald Seger Prabowo
Selasa, 26 Oktober 2021 | 20:27 WIB
Beda dengan Polisi, Pihak UNS Sebut Tidak Ada Lebam pada Jenazah Mahasiswanya
Foto Gilang (kanan), mahasiswa UNS yang tewas saat Diklat Menwa. [Espos/Akhmad Ludiyanto]

SuaraSurakarta.id - Universitas Sebelas Maret (UNS) menyebut tidak ada lebam pada jenazah Gilang Endy Saputra (23) yang meninggal dunia saat mengikuti Pendidikan dan Latihan Dasar Resimen Mahasiswa (Diklatsar Menwa) pada Minggu (24/10/2021) petang.

Hal itu berbeda dengan keterangan kepolisian. Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol M Iqbal Alqudusy sebelumnya menyebut Gilang meninggal akibat tindak pidana kekerasan akibat pemukulan yang mengenai kepalanya.

Menurutnya, korban terkena beberapa pukulan di bagian kepala sehingga hal itu yang diduga menjadi penyebab kematiannya.

Namun, Wakil Rektor UNS Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Ahmad Yunus di Solo, Selasa, mengaku sempat melihat jenazah mahasiswa Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Sekolah Vokasi UNS tersebut.

Baca Juga:Sidang Unlawful Killing: Pegang Senpi, Polisi Penguntit Rombongan Rizieq Tak Bawa Borgol

"Pada saat jenazah belum diautopsi, saya lihat mata ditutup seperti deplokan daun lembut seperti jamu. Saya tidak bisa melihat memar atau tidak. Sekilas secara fisik saya tidak bisa melihat darah karena dari RS sudah dibersihkan. Mulai dada sampai perut tidak ada tanda-tanda merah atau hitam," katanya, Selasa (26/10/2021).

Meski demikian, hingga saat ini pihaknya masih menunggu hasil autopsi dari kepolisian untuk memastikan penyebab meninggalnya mahasiswa asal Kabupaten Karanganyar tersebut.

Sementara itu, Direktur Reputasi Akademik dan Kemahasiswaan UNS Sutanto menyampaikan kronologis meninggalnya Gilang berdasarkan keterangan dari panitia Diklatsar Menwa.

"Berdasarkan yang kami ketahui, pengakuan pihak panitia, benar bahwa kegiatan ini mulai 23 Oktober 2021. Akan tetapi, mulai penyambutan pada pukul 06.00 sampai berakhir pukul 23.00 WIB berkegiatan di sekitar kampus," katanya.

Untuk penyambutan para peserta, kata dia, dilakukan di Markas Menwa. Selanjutnya, kegiatan di Gedung Olahraga (GOR), di musala Fakultas Teknik, kemudian jembatan danau.

Baca Juga:Hentikan Pengerukan Muara Sungai, 4 Nelayan Dente Teladas Diperiksa Polisi

Pada hari yang sama, lanjut dia, Gilang mengatakan bahwa kakinya mengalami kram sehingga harus ada pendamping.

"Bakda subuh, mulai senam senjata, apel pagi, hingga melakukan kegiatan di luar kampus, tepatnya di Jembatan Jurug. Ada kegiatan meluncur dari atas ke bawah (repling), almarhum ikut kegiatan dan dia balik ke kampus," katanya.

Pada saat itu, lanjut dia, korban mulai mengeluhkan sakit punggung hingga akhirnya mendapatkan perawatan dengan alat kompres.

"Selanjutnya, yang bersangkutan tidak sadar dan mengigau. Pada pukul 21.00 WIB inisiatif mereka membawa ke rumah sakit. Selanjutnya, pada pukul 22.05 WIB dalam mobil ketika dibawa ke rumah sakit, dia sudah tidak bernapas. Sampai RS Moewardi meninggal. Ini kronologis yang kami tahu," katanya. (ANTARA)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini