Dikenal Sebagai Kelompok Radikal dan Teroris, Ini Perbedaan Taliban, ISIS, dan Al-Qaeda

Kelompok Taliban, ISIS, dan Al-Qaeda dikenal dunia dengan para radikal atau teroris

Budi Arista Romadhoni
Kamis, 02 September 2021 | 17:09 WIB
Dikenal Sebagai Kelompok Radikal dan Teroris, Ini Perbedaan Taliban, ISIS, dan Al-Qaeda
Taliban berhasil menguasai kembali Afganistan. [DW Indonesia]

SuaraSurakarta.id - Taliban, ISIS dan Al-Qaeda terkenal sebagai kelompok radikal, dan biasa menyebutnya teroris. Namun, apakah sudah tahu perbedaan tiga kelompok tersebut?

Diketahui, kelompok pro Taliban di seluruh dunia tengah merayakan keberhasilan mereka menguasai Afghanistan.

Menyadur dari BBC, di Yaman dan sejumlah negara lain, mereka menyalakan kembang api, di Somalia mereka membagikan permen; dan di internet, kelompok-kelompok Islamis di Asia Selatan menyambut penarikan pasukan Barat dari negara itu sebagai kemenangan atas kekuatan militer Barat.

Sekarang, para pakar mengkhawatirkan kemunculan era baru jihadisme di Timur Tengah dan Asia Tengah.

Baca Juga:Menlu Retno: Indonesia Hanya Ingin Afghanistan Jadi Negara Damai

Ancaman terbesar datang dari kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan al-Qaeda dan kelompok yang menyebut diri mereka Negara Islam (ISIS) - yang melemah dalam beberapa tahun terakhir namun masih aktif.

Sebagai bagian dari kesepakatannya dengan AS, Taliban berjanji tidak akan menyembunyikan kelompok-kelompok ekstremis yang berniat melakukan serangan terhadap target di Barat. Namun kelompok militan itu tetap menjalin hubungan dekat dengan al-Qaeda.

Adapun saingan al-Qaeda, ISIS, akan terdesak untuk menunjukkan relevansinya, menurut beberapa pengamat.

Negara Islam Provinsi Khorasan (ISIS-K), yang berafilisasi dengan ISIS, tidak membuang waktu dan melakukan serangan di luar bandara Kabul pada 26 Agustus, yang menewaskan 170 orang, termasuk 13 personel militer AS.

Tapi selain ideologi fundamentalisnya, apa yang membedakan ketiga kelompok ini?

Baca Juga:Qatar Peringatkan Negara-negara di Dunia: Setop Isolasi Taliban

Colin Clarke, peneliti dan analis keamanan di Soufan Center di New York, merangkum:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini