SuaraSurakarta.id - Kelompok Taliban terus menjadi perhatian. Usai menguasai Afghanistan, mereka dikabarkan tengah memburu warga yang terlibat bekerja dengan pasukan Amerika Serikat (AS).
Menyadur dari BBC, informasi itu didapat dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dari dokumen PBB menunjukkan Taliban menggencarkan upaya untuk memburu mereka yang pernah bekerja dengan pasukan Amerika Serikat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Dokumen rahasia itu diterbitkan oleh Norwegian Centre for Global Analyses, yang memberikan informasi intelijen kepada PBB soal pergerakan Taliban.
"Taliban menangkap, atau mengancam membunuh, atau menangkap anggota keluarga atau individu yang menjadi sasaran kecuali mereka menyerahkan diri kepada Taliban," tulis dokumen yang telah dilihat BBC.
Baca Juga:Disindir Soal Isu Laut China Selatan, Beijing Ingatkan AS Soal Afghanistan
Dokumen itu menyebutkan mereka yang menghadapi risiko adalah yang memiliki posisi di militer, kepolisian dan unit investigasi.
"Taliban telah mengidentifikasi individu-individu sebelum mengambil alih semua kota-kota besar," tulis dokumen itu.
Dokumen itu juga menyebutkan para milisi Taliban menyaring individu-individu dan mengizinkan evakuasi sebagian personel asing dari bandara Kabul, namun situasi di bandara masih tetap "kacau."
Dalam jumpa pers pertama sejak menguasai Kabul, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid menyatakan kelompoknya akan memberikan amnesti kepada semua warga Afghanistan.
Menurut laporan itu, Taliban merekrut jaringan informan baru untuk bekerja sama dengan rezim baru.
Sementara itu dalam dua hari terakhir, protes anti-Taliban terjadi di sejumlah kota, dengan warga membawa bendera Afghanistan.
Warga Afghanistan melakukan protes bertepatan dengan peringatan kemerdekaan 102 tahun Afghanistan pada Kamis (19/08), yang jatuh pada siatuasi yang sangat tidak pasti.
Baca Juga:Lebih Aman, Aplikasi Ini Bantu Hindari Kekerasan di Kabul
Salah satu video yang dibagikan di media sosial menunjukkan massa di Kabul meneriakkan "bendera kami, identitas kami", sambil membawa bendera nasional berwarna hitam, merah dan hijau.
Kantor berita Reuters - mengutip sejumlah saksi - melaporkan beberapa orang kemungkinan meninggal dalam protes serupa di Asadabad, akibat tembakan atau karena terinjak-injak setelah terjadi tembakan ke udara.
Laporan tentang jatuhnya korban itu muncul setelah beberapa orang juga dilaporkan meninggal dalam protes serupa di kota Jalalabad.
Video di media sosial menunjukkan sejumlah pengunjuk rasa mengganti beberapa bendera Taliban di sejumlah tempat, tindakan penentangan terhadap kelompok yang kembali menguasai Afghanistan.
Setidaknya 12 orang meninggal di bandara Kabul sejak hari Minggu lalu, menurut seorang pejabat Taliban.
Negara-negara Barat masih terus melakukan evakuasi warga mereka serta warga Afghanistan yang selama ini bekerja dengan mereka.
Taliban sendiri mengatakan "mereka mematuhi" janji dengan mendukung pasukan asing melakukan evakuasi warga mereka dari Kabul, kata pejabat kelompok itu kepada kantor berita Reuters.
"Kami membantu jalan keluar aman, bukan hanya orang asing tetapi juga orang Afghanistan," kata pejabat itu
"Kami mencegah bentuk kekerasan, termasuk dalam bentuk verbal di bandara di antara orang Afghanistan, orang asing dan anggota Taliban," tambahnya.
Namun, sejumlah laporan menyebutkan Taliban tidak mengizinkan orang masuk ke bandara Kabul, walaupun mereka punya visa.