Niat Hati Pelajari Alquran untuk Cari Kelemahan Islam, Biarawati Ini Malah Jadi Mualaf

Irena Handono mengatakan reaksi pertama membaca saksama terjemahan Surat Al-Ikhlas itu adalah jawaban yang selama ini ia cari.

Ronald Seger Prabowo
Kamis, 19 Agustus 2021 | 12:45 WIB
Niat Hati Pelajari Alquran untuk Cari Kelemahan Islam, Biarawati Ini Malah Jadi Mualaf
Ilustrasi Alquran dan tasbih. [Elemen Envato]

SuaraSurakarta.id - Seorang biarawati bernama Irena Handono memiliki pengalaman menarik saat memutuskan memeluk agama Islam atau menjadi mualaf.

Bahkan, Irena akhirnya mantab menganut agama Islam usai mempelajari tentang Alquran. Gara-garanya, dirinya ingin mencari kelemahan Islam.

Diwartakan Suarabanten.id, awalnya dirinya berdiskusi dengan dosen di biara soal perbandingan agama terkait konsep keimanan.

Irena memiliki rasa penasaran tinggi kemudian mengusulkan diri untuk mempelajari Islam langsung dari sumbernya, yaitu Alquran.

Baca Juga:Mantan Narapidana Abdul Ghani Baradar Bakal Pimpin Emirat Islam Afganistan

Dosennya mengizinkan Irena mempelajari Islam dari Alquran. Namun, Irena justru bingung melihat huruf-huruf Alquran karena sama sekali tak bisa membacanya. Dia kemudian meminjam kitab suci agama Islam yang memiliki terjemahan.

“Saya pulang ke biara dan malamnya saya baca Al-Qur’an, tapi cara baca terbalik. Saya buka dari belakang, bukan dari depan, maka saya berjumpa surat Al Ikhlas,” ungkapnya dalam tayangan di kanal YouTube Cinta Quran TV.

“Ini jawaban Allah. Baru baca terjemahan itu saja, saya sudah terkejut. Ini yang mutlak benar. Bagi saya Allahu Ahad, Allah itu Esa, itu ya betul. Enggak mungkin dua, kalau dua (Tuhan) itu ciptaan,” katanya.

Sebelum menemukan konsep ketuhanan di Alquran, ia mengaku didoktrin soal pengandaian berbagai konsep Tuhan yang ada sisi kelemahannya, misalnya konsep Tuhan itu satu dalam segitiga.

Maka dari itu, ia penasaran bagaimana kalau nanti ada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maksudnya apakah bisa nanti konsep ketuhanan bisa menjadi segi empat dan artinya Tuhan ada penambahan.

Baca Juga:Imam Al Ghazali dan 3 Kelas Masyarakat Agama

Namun, kala itu Irena dilarang untuk menggugat hal dasar seperti itu karena katanya terlarang dalam dogma.

Irena juga merasa pengandaian Tuhan dengan telur pun punya kelemahan konsep secara logika.

Itu karena jika konsep Tuhan seperti telur, yang mana pasti punya tiga unsur, yaitu kulit, putih, dan kuning telur, maka tak ada satu unsur saja, berarti tak mungkin menjadi konsep telur.

“Jawaban saya kala itu, telur itu kan alami penyusutan, apakah mungkin Tuhan itu susut seperti telur? Artinya tak bisa pengabdian itu dipakai,” paparnya.

Menurutnya, konsep Allah tempat bergantung semua mahluk itu benar sekali. Itu karena Allah tak punyai sejarah, tak terikat ruang dan waktu, mandiri, dan tentunya tak perlu bantuan dan tak pula bermitra apa pun.

Irena Handono mengatakan reaksi pertama membaca saksama terjemahan Surat Al-Ikhlas itu adalah jawaban yang selama ini ia cari.

“Pertama baca, saya ah ini bener, ini logic. Ini bener. Dari situ saya makin gali dan lihat berbagai sisi perbandingannya dan pelaksanaannya (konsep ketuhanan Islam). Semakin yakin Surat Al-Ikhlas,” ungkapnya.

Irena Handono mengatakan hidayah adalah anugerah dari Allah SWT dan baginya, itu adalah nikmat luar biasa.

Sebab kata dia, ada orang yang sudah diberi hidayah Allah SWT, tetapi justru mencampakkan nikmat hidayah itu.

Irena Handono mengibaratkan hidayah diberi dan manusia sendiri yang menentukan apakah mau terima atau tidak, seperti ibu membuat masakan yang enak menurutnya, kemudian sang anak disuruh dan bisa memilih ingin memakannya atau tidak.

“Hidayah tak ada nilai tandingannya. Hidayah dibandingkan dengan gunung emas, gunung berlian pun tidak tertukar," tegasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak