SuaraSurakarta.id - Program vaksinasi Covid-19 sudah dimulai sejak 13 Januari 2021 lalu. Ini menjadi tahap kedua dalam upaya menekan angka infeksi wabah yang disebabkan oleh virus corona jenis baru tersebut.
Hanya saja, program vaksinasi kini menjelma menjadi tantangan tersendiri. Pasalnya, proses pembuatan vaksin Sinovac (vaksin Covid-19 yang digunakan di Indonesia) dibuat dengan cara memasukkan virus yang dilemahkan.
Banyak masyarakat berpikir bahwa hal tersebut malah akan berisiko negatif pada tubuh yang disuntikkan.
Namun menurut Ketua Umum Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia Dr. Hariadi Wibisono, pembuatan vaksin dengan virus yang dilemahkan sudah umum dilakukan sejak puluhan tahun lalu.
Baca Juga:Gara-gara Pandemi Corona, Jakarta Tak Masuk Kategori Kota Termacet di Dunia
"Itu yang disebut inactivated virus. Itu virus yang tidak berdaya tapi bisa merangsang antibodi dalam tubuh," jelas Hariadi melalui keterangan tertulis yang diterima, Kamis (21/1/2021).
Produksi vaksin Covid-19 Sinovac menjadi salah satu yang menggunakan metode inactivated virus. Hariadi menyampaikan, metode pembuatan vaksin seperti itu sudah familiar di Indonesia.
Terlebih, Indonesia juga telah memiliki pengalaman berpuluh tahun untuk membuat dan mengelola vaksin dengan cara serupa.
Melihat kemampuan produksi dalam negeri, Dr. Hariadi Wibisono yakin Indonesia sudah siap dan memiliki pengalaman terhadap program vaksinasi.
"Fasilitas pelayanan kesehatan sudah punya yang namanya rantai dingin tadi, lemari es yang mampu menjaga suhu 2-8 derajat celcius. Sehingga tidak perlu investasi tambahan untuk mengelolanya," paparnya.
Baca Juga:Argentina Setujui Penggunaan Vaksin Sputnik Buatan Rusia
Sejumlah fasilitas itu dirasa menjadi modal dasar untuk menggunakan inactivated virus produksi Sinovac yang lebih mudah dan cocok dari sisi infrastruktur, kata Hariadi.
- 1
- 2