Pengrajin Tahu-Tempe di Sukoharjo Geruduk Gedung DPRD Gara-gara Ini

Dalam kesempatan itu, sejumlah pengrajin tahu dan tempe menyampaikan unek-unek terkait kenaikan harga kedelai selama masa pandemi Covid-19.

Ronald Seger Prabowo
Senin, 04 Januari 2021 | 15:53 WIB
Pengrajin Tahu-Tempe di Sukoharjo Geruduk Gedung DPRD Gara-gara Ini
Sejumlah pengrajin tahu dan tempe beraudiensi terkait kenaikan harga kedelai di Gedung DPRD Sukoharjo, Senin (4/1/2021). (Solopos/Bony Eko Wicaksono)

SuaraSurakarta.id - Gedung DPRD Sukoharjo mendadak digeruduk sejumlah pengrajin tahu tempe asal Kecamatan Kartasura, Senin (4/1/2020).

Kedatangan mereka tak lain karena masalah kenaikan harga kedelai yang semakin menjadi-jadi.

Dilansir dari Solopos.com jaringan Suara.com, aksi geruduk kantor legislatif Kota Makmur itu sekaligus meminta para wakil rakyat mencari solusi alternatif agar usaha produksi tahu dan tempe tidak gulung tikar di masa pandemi Covid-19.

Para pengrajin tahu dan tempe mendatangi Gedung DPRD Sukoharjo, Senin (4/1/2021) pukul 10.00 WIB. Mereka berasal dari Purwogondo, Brontowiryan, dan Wirogunan yang setiap hari memproduksi tahu dan tempe.

Baca Juga:Harga Kedelai Melambung, Pengrajin Tahu di Bantul Menjerit

Mereka juga melakukan mogok produksi selama satu hari sebagai wujud protes atas melambungnya harga kedelai.

Dalam aksi itu, rombongan ditemui Wakil Ketua DPRD Sukoharjo, Eko Sapto Purnomo, Ketua Komisi II DPRD Sukoharjo, Idris Sarjono dan Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Sukoharjo, Sutarmo.

Dalam kesempatan itu, sejumlah pengrajin tahu dan tempe menyampaikan unek-unek terkait kenaikan harga kedelai selama masa pandemi Covid-19.

"Harga kedelai lokal menyentuk Rp9.350 per kilogram. Sementara harga normal Rp6.500 perkg-Rp7.000 perkg. Harga minyak goreng juga naik dari Rp9.000 per liter menjadi Rp13.000 per liter," kata seorang pengrajin tahu dan tempe asal Kartasura, Puryono.

Harga kedelai mulai naik sejak awal pandemi Covid-19 pada akhir Maret 2020. Kala itu, Puryono dan para pengrajin tahu dan tempe lainnya bisa menyiasati dengan berbagai cara seperti memperkecil ukuran atau mengurangi produksi setiap hari.

Kini mereka tidak bisa lagi menyiasatinya lantaran harga kedelai sudah di atas Rp9.000 per kg.

Baca Juga:Harga Kedelai Meroket Berdampak Serius Pada Kelangsungan Usaha

"Kami meminta para anggota DPRD Sukoharjo mencari solusi alternatif untuk menekan kenaikan harga kedelai. Kelangsungan hidup para pengrajin tahu dan tempe dipertaruhkan jika kondisi ini terus berlanjut tanpa ada intervensi dari pemerintah," ujar dia.

Puryono menyebut kondisi serupa pernah terjadi pada 2013. Harga kedelai melonjak tajam hingga di atas Rp9.000 per kg. Ratusan pengrajin tahu dan tempe melakukan unjuk rasa di Bundaran Kartasura.

Mereka meminta pemerintah segera mengambil langkah untuk menurunkan harga kedelai yang menjadi bahan baku utama pembuatan tahu dan tempe.

Wakil Ketua DPRD Sukoharjo, Eko Sapto Purnomo, mengatakan harga kedelai naik akibat pandemi Covid-19. Pada November 2020, harga kedelai naik hingga di atas Rp9.000 per kg. Begitu pula harga minyak goreng sawit yang naik akibat wabah pandemi Covid-19.

Eko berkoordinasi dengan instansi terkait untuk mencari solusi alternatif agar usaha para pengrajin tahu dan tempe di Kartasura bisa bertahan di tengah gerusan pandemi Covid-19.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Sukoharjo, Sutarmo, menyatakan kebijakan harga kedelai wewenang pemerintah pusat. Sutarmo bakal berkoordinasi dengan Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM Jawa Tengah untuk mengatasi kenaikan harga kedelai.

Dia bakal memprioritas para pengrajin tahu dan tempe untuk mendapatkan bantuan subsidi bunga yang diperuntukkan bagi para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini