Ronald Seger Prabowo
Selasa, 04 November 2025 | 14:52 WIB
Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengkubuwono X. (Suara.com/Ari Welianto)
Baca 10 detik
  • Sri Sultan juga berharap untuk regenerasi bisa berjalan dengan baik.
  •  Karena bagaimana pun Keraton Yogyakarta bagian dari untuk menjaga tradisi.
  • Sri Sultan Hamengkubuwono X melayat dan memberikan penghormatan terakhir untuk PB XIII.

SuaraSurakarta.id - Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengkubuwono X melayat dan memberikan penghormatan terakhir untuk Raja Keraton Kasunanan Hadiningrat Sinuhun Pakubuwono atau PB XIII Hangabehi, Selasa (4/11/2025).

Sri Sultan pun menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya PB XIII keluarga.

"Ya saya menyampaikan duka cita dan itu sudah disampaikan beberapa hari yang lalu. Semoga semuanya berjalan lancar tidak ada halangan, semoga juga Keraton Surakarta aman-amana saja, nyaman-nyaman saja," terangnya saat ditemui, Selasa (4/11/2025).

Sri Sultan juga berharap untuk regenerasi bisa berjalan dengan baik. Karena bagaimana pun Keraton Yogyakarta bagian dari untuk menjaga tradisi.

"Semoga regenerasi juga tetap bisa berjalan dengan baik. Karena bagaimana pun kami bagian yang harus menjaga tradisi baik yang di Surakarta maupun Yogyakarta," ungkap dia.

"Jadi harapan saya sama, bagaimana kita bisa meluruskan dengan langgeng dengan segala menjadi bagian dari republik. Aman-aman saja, nyaman-nyaman saja semuanya, dalam perkembangan-perkembangan antar generasi yang terjadi. Sehingga kita juga bersama-sama bisa memenej dengan baik," paparnya.

Ketika disinggung soal sosok PB XIII, Sri Sultan mengaku hanya sekedar bergaul saja. Tapi dalam arti bergaul dan sebagainya itu kan relatif.

"Jadi kami nggak berani memberikan pemikiran gitu," jelas dia.

Sri Sultan menyebut sebenarnya relatif sama beliau-beliau kan juga kenal. Bahkan anak-anaknya ada komunikasi, sehingga sebenarnya tidak tertutup.

Baca Juga: Soal Penerus PB XIII, Ini Komentar Keluarga Keraton Solo

"Hanya momentum-momentum yang diperlukan untuk dilihatkan publik, itukan cari waktunya yang susah. Soalnya juga kalau upacara waktunya juga bersamaan, jadi momentum itu tidak mudah ditemukan, tapi kalau komunikasi tetap," pungkasnya.

Kontributor : Ari Welianto

Load More