Ronald Seger Prabowo
Kamis, 14 Agustus 2025 | 15:19 WIB
Salah satu eks kader PDIP Solo, Wawanto secara resmi bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). [Suara.com/Ari Welianto]

SuaraSurakarta.id - Salah satu eks kader PDIP Solo, Wawanto secara resmi bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Wawanto menyebut alasan dasar bergabung ke PSI, karena masih ingin tetap berkontribusi dan mewarnai perpolitikan di Kota Solo.

"Itu yang mendasari, saya bergabung ke PSI," ujarnya, Rabu (13/8/2025).

Wawanto mengaku kalau di PDIP sudah tidak dianggap, tidak pernah diajak komunikasi maupun diajak berbicara. Bahkan mereka sudah statemen kalau dirinya bukan siapa-siapa dan tidak mempunyai pengaruh apapun.

"Kalau di internal sudah tidak dianggap, mas pun yang saya lakukan ya anggap telek. Itu juga yang mendasari saya akhirnya berlabuh ke PSI," kata dia.

Wawanto menegaskan tidak membenci PDIP meski sekarang sudah hijrah ke PSI. Ia pun sangat mencintai PDIP yang sudah membesarkannya.

"Pak Wawanto apa benci sama PDIP? Oh nggak, wong saya itu sangat mencintai PDIP," ungkapnya.

Wawanto menceritakan mencintai dan militan kepada PDIP. Dari tahu 1989, lulus SMA tahun 1988 mulai mencoblos pertama tahun 1989. 

Ia sempat bergabung dalam banteng kampung Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Solo. Dari tahun 1989 sampai sekarang pun tidak pernah pindah partai meski sempat ada tawaran.

Baca Juga: Politisi PDIP Sebut Pemilu Raya PSI 'Sepak Bola Gajah', Ini Komentar Tegas Jokowi

"Dari tahun 1989 sampai sekarang itu berapa tahun, pernah saya lompat ke partai lain? Nggak. Saya sampaikan detik terakhir sebelum DCT, saya ditunggu partai lain untuk bisa masuk bakal calon tetap di KPU, ditunggu sampai jam 00.00 WIB. Jawaban saya, saya tidak mau, saya akan menuntaskan jabatan legislatif saya sampai akhir periode, karena saya sampah saya adalah menjadi DPRD karena dari PDIP," papar dia.

"Kalau saya orang oportunis, lompat dong karena ada kesempatan. Tapi saya nggak, karena akan saya tuntaskan," lanjutnya.

Ia pun mendengar ada yang menyebut kalau bukan kader PDIP asli.

"Amnesia mungkin yang statemen itu. Saya menjadi pengurus ranting di Kadipiro selama empat periode atau 20 tahun. Setelah pemekaran Kelurahan Kadipiro, saya sudah mengundurkan diri dan tidak mau jadi pengurus ranting, maksud saya untuk kaderisasi, regenerasi kepengurusan, jadi yang muda-muda saja jangan saya terus," jelas dia.

Soal disebut sering mengkritik internal PDIP, Wawanto menilai mengkritisi itu internal PDIP itu bermaksud baik. Maksud baik itu agar PDIP di Kota Solo semakin moncer.

”Tapi demikian mungkin kritik saya ini justru mengusik beliau-beliau dari berbagai hal ya. Dari kritik-kritik pedas yang saya sampaikan itu mungkin, maksud saya baik tapi diterima oleh beliau-beliau menjadi usikan. Saya tahu dan paham betul karakter-karakter petinggi-petinggi DPC yang ada di Solo,"tandasnya.

"Saya mengkritik internal itu hal yang wajar, masih dalam koridor relnya tidak keluar dari AD/ART partai. Jadi saya masih pegang AD/ART, jadi saya mengkritik juga masih dalam koridor organisasi yang baik bukan semau gue nggak," ucap dia.

Wawanto menambahkan tidak ada pemecatan dari PDIP. Karena setelah login ke PSI dengan kemauan sendiri dan tidak figur siapapun yang mendasari. 

"Saya login di 8 Agustus, saya sudah nulis surat pengunduran diri tapi belum saya kirim. Secepatnya saya kirim. Sejauh ini tidak ada surat pemecatan, katanya sudah dari sebelum pilpres kemarin yang statemen mereka,” tandasnya.

Kontributor : Ari Welianto

Load More