Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Senin, 07 April 2025 | 13:39 WIB
KGPAA Mangkunegara X saat menemui dan menerima masyarakat dalam acara syawalan Pura Mangkunegaran. [Suara.com/Ari Welianto]

SuaraSurakarta.id - Pura Mangkunegara menggelar halal bihalal syawalan bersama KGPAA Mangkunegara X, Senin (7/4/2025).

Acara syawalan di Pura Mangkunegara ini diinisiasi oleh KGPAA Mangkunegara 1 dengan berdasarkan prinsip 'Hanebu Sauyun' yang artinya satu dalam rumpun tebu dan sempat vakum lama sebelum kembali diadakan.

Syawalan di Pura Mangkunegaran ini merupakan acara yang digelar setelah Idul Fitri tepatnya pada lebaran ketupat.

Ini tidak hanya untuk kerabat maupun abdi dalam tapi juga masyarakat yang secara silih berganti bersalaman dengan KGPAA Mangkunegara X.

Baca Juga: One Way dan Contraflow Kunci Kelancaran Arus Balik Lebaran 2025

"Baru pertama kali ikut syawalan di sini, jadi excited (bersemangat) banget. Apalagi acaranya tertib, rapi dan ternyata dapat dokumentasi satu-satu," ujar salah satu warga Diyah Vita saat ditemui, Senin (7/4/2025).

KGPAA Mangkunegara X saat menemui dan menerima masyarakat dalam acara syawalan Pura Mangkunegaran. [Suara.com/Ari Welianto]

Diyah mengaku senang, apalagi bisa bertemu dan bersalaman langsung dengan KGPAA Mangkunegara X. Karena selama ini lihatnya lewat media sosial (medsos).

"Senang banget, baru pertama ini bisa ketemu langsung. Biasanya lewat sosmed, mas-mas jawa," kata warga asal Yogyakarta ini. 

Menurutnya tadi tiba di Mangkunegaran sekitar pukul 09.30 WIB, lalu registrasi dan disuruh menunggu. 

Tak berselang lama diminta masuk dan antre untuk bertemu langsung dengan KGPAA Mangkunegara X.

Baca Juga: Lebaran Kelabu: Pohon Tumbang di Bumi Sekipan Tawangmangu, Bocah 12 Tahun Meninggal Dunia

"Tadi sampai sini jam 9.30, terus registrasi dan antre. Tahu ada acara ini dari medsos terus daftar," sambung dia.

Sementara itu KGPAA Mangkunegara X merasa senang, karena hari ini bisa bersilahturahmi dengan keluarga, abdi dalem dan masyarakat.

"Senang hari ini bisa bersilahturahmi sama keluarga, dengan abdi dalem kami, juga dengan masyarakat sekitar maupun luar kota yang masih banyak yang kebetulan berlibur ke Solo atau mudik dengan keluarganya masing-masing," ungkapnya.

Kanjeng Gusti menyatakan acara syawalan ini cukup lama tidak diadakan. Saat covid 19 tidak diadakan, tahun 2024 kemarin diadakan di hari pertama idul fitri.

"Tahun ini diadakan pas momen kupatan sekalian, tentu melanjutkan budaya syawalan yang telah ada sejak eyang Mangkunegara I. Sampai hari ini kita pertahankan dan ini jadi momen untuk bersilahturahmi serta bersenang-senang bersama, semoga bermanfaat untuk masyarakat," papar dia.

Pura Mangkunegaran menjadi salah satu destinasi yang paling ramai dikunjungi selama momen Lebaran.

Berada di jantung kota, Pura Mangkunegaran tak hanya menyuguhkan arsitektur megah peninggalan kerajaan, tetapi juga menjadi sentra pelestarian budaya Jawa.

Pemerintah Kota Solo pun terus mendorong kawasan-kawasan bersejarah seperti Pura Mangkunegaran untuk menjadi ruang terbuka budaya yang tidak eksklusif, namun tetap menjaga nilai-nilai luhur yang diwariskan.

Kanjeng Gusti mengatakan untuk masyarakat umum ini pertama kali diadakan. Karena Mangkunegaran ini adalah budayanya milik semuanya.

"Jadi tentunya ketika kita bisa merayakan sesuatu momen-momen spesial di kehidupan kita bersama-sama. Saya rasa akan lebih menyenangkan kalau semakin ramai," jelasnya.

"Semoga masyarakat bisa terus banyak berkegiatan bersama kami juga. Semoga masyarakat semua yang hadir lebih senang, bisa bertemu dan saya senang sekali bisa bertemu, semoga bisa sering lagi ke Mangkunegaran," lanjut dia.

Pura Mangkunegaran menjadi bukti nyata bahwa wisata budaya bukan hanya pelengkap dalam pariwisata daerah, tetapi bisa menjadi daya tarik utama, terutama jika dikelola dengan pendekatan yang inklusif dan edukatif.

Solo pun kembali menegaskan identitasnya sebagai kota budaya yang tak lekang oleh zaman, bahkan semakin relevan di tengah modernitas.

Mangkunegaran telah berdiri sejak tahun 1757, didirikan oleh Raden Mas Said yang setelahnya dikenal sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkoenagoro I, merupakan atap untuk tinggal, sarana untuk mengabdi, wadah untuk berkembang, serta ruang bersuka.

Sebagai salah satu pilar pelestari dan pengembang kebudayaan Jawa, Mangkunegaran berkomitmen untuk berusaha menjawab permasalahan masa kini melalui penciptaan karya-karya kebudayaan yang relevan dengan zaman dan mampu menghadapi tantangan yang ada.

Kontributor : Ari Welianto

Load More