SuaraSurakarta.id - Idul Fitri selalu menjadi momen yang penuh makna bagi umat Muslim, termasuk di lingkungan Keraton Solo.
Termasuk tradisi hajad dalem sungkeman yang digelar di lingkungan Keraton Solo dalam gelaran Hajad Dalem Sungkeman Pangabekten 1446 Hijriyah pada Minggu (6/4/2025).
Uniknya, tradisi itu menggabungkan kebersamaan keluarga kerajaan dengan nilai-nilai kearifan lokal yang sudah diwariskan turun-temurun.
Keraton Solo menggelar acara Kegiatan yang berlangsung dengan khidmad ini merupakan wujud syukur dan kebersamaan antar keluarga.
Nampak, Sri Susuhunan Pakoe Boewono XIII beserta Permaisuri, GKR Pakoe Boewono hadir dalam acara keluarga yang sarat akan tradisi itu.
Putra Mahkota Keraton, KGPAA Hamengkunegoro Sudibya Rajaputra Narendra Mataram juga turut serta dalam momen penting ini.
Sejumlah putri dari SSISKS Pakoe Boewono XIII juga hadir memeriahkan acara, di antaranya GKR Timoer Rumbai, GRAy. Devi Lelyana Dewi, GRAy. Ratih, dan GRAy. Putri Purnaningrum.
Selain itu, Pengageng Keputren GKR Alit, Pengageng Parentah Kraton Surakarta KGPH Adipati Drs. Dipokusumo beserta keluarga.
Serta beberapa adik perempuan Sinuhun, seperti Gusti Raspiyah, Gusti Rahmaniyah, dan Gusti Dyah juga turut hadir dalam acara sungkeman ini.
Baca Juga: Lebaran Kelabu: Pohon Tumbang di Bumi Sekipan Tawangmangu, Bocah 12 Tahun Meninggal Dunia
Pengageng Parentah Keraton Solo, KGPH Dipokusumo menjelaskan, acara ini merupakan bagian dari tradisi bakdan syawal atau yang lebih dikenal dengan bakdan kupat.
Tradisi ini ditandai dengan adanya kupat yang disiram dengan kuah santan. Sedangkan, filosofinya adalah menawi lepat, kulo nyuwun pangapunten (jika ada kesalahan, saya mohon maaf).
"Acara Sungkeman Pangabekten ini juga merupakan wujud ngabekten (menghormati) Sri Susuhunan Pakoe Boewono XIII. Biasa dikenal oleh masyarakat luas sebagai halal bi halal di lingkungan Keraton," jelasnya.
Menurutnya, acara ini memiliki nilai sejarah dalam menghormati orang tua setelah sebulan lamanya menjalankan ibadah puasa.
Diharapkan, tradisi ini dapat terus dilestarikan dan membawa manfaat bagi nilai-nilai budaya. Selain itu, acara ini juga memiliki makna simbolis sebagai perpaduan antara budaya Islam dan Jawa yang menjadi pedoman hidup di masyarakat.
Selain keluarga dalem Keraton Solo, kegiatan itu juga diikuti sebanyak 400 Abdi Dalem.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Pemain Keturunan yang Menunggu Diperkenalkan PSSI usai Mauro Zijlstra
- 'Ogah Ikut Makan Uang Haram!' Viral Pasha Ungu Mundur dari DPR, Benarkah?
- Usai Kena OTT KPK, Beredar Foto Immanuel Ebenezer Terbaring Dengan Alat Bantu Medis
- Eks Feyenoord Ini Pilih Timnas Indonesia, Padahal Bisa Selevel dengan Arjen Robben
- Terbukti Tak Ada Hubungan, Kenapa Ridwan Kamil Dulu Kirim Uang Bulanan ke Lisa Mariana?
Pilihan
-
Daya Beli Melemah, CORE Curiga Target Pajak RAPBN 2026 'Ngawang'!"
-
Prabowo Kirim 'Surat Sakti' ke DPR Demi Dua Striker Baru Timnas Indonesia
-
Terbongkar! Anggota DPR Pajaknya Dibayarin Negara, Netizen: Terus Gaji Gede Buat Apa?
-
Kapan Pemain Timnas Indonesia Berkumpul Hadapi FIFA Matchday? Ini Jadwalnya
-
Drama Korupsi Haji: Kronologi Gus Yaqut dari Diperiksa KPK Sampai Muncul HP Misterius
Terkini
-
Cerita Karyawan Usai Hotel Legendaris Agas Solo Tutup dan Dijual
-
Hotel Legendaris Agas Solo Dijual Rp 120 Miliar, Ini Penyebabnya
-
Mantan Wali Kota Solo Teguh Prakosa Ditunjuk Jadi Plt Ketua DPC PDIP Solo
-
Gibran Mendadak Tinjau GOR Manahan Solo, Sinyal Siapkan Berbagai Event Besar?
-
Warga Solo yang Ditangkap Usai Disebut Buron Selama 14 Tahun Akhirnya Dibebaskan, Ini Alasannya