Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Jum'at, 28 Februari 2025 | 14:45 WIB
Para buruh melambaikan tangan ke patung pendiri PT Sritex Tbk, Lukminto, Jumat (28/2/2025). [Suara.com/Ari Welianto]

Ia mengaku sudah merasakan kondisi akan bangkrut saat Covid-19 lalu. Sebagian buruh itu diperbantukan ke departemen atau bagian lain, itu dibagi-bagi.

"Awal corona itu sebagian buruh diperbantukan di bagian lain. Saya juga ikut kena waktu itu," sambungnya.

"Anak saya satu, ini mau masuk kuliah. Butuh biaya, tapi mau bagaimana lag," lanjut dia.

"Ini acara perpisahan saja. Alhamdulillah hak-haknya masih menunggu dan semua dikasihkan," imbuhnya.

Baca Juga: Kronologi Kebakaran Pabrik Bahan Tekstil di Kartasura Sukoharjo

Buruh lain, Sri Wiyani  sengaja mengemasi beberapa foto untuk dipajang di rumahnya sebagai kenang-kenangan. Ia sudah bekerja di divisi garment selama 20 tahun.

"Berkenang banget. Dapet pasangan, dapet anak, sampai sudah sekolah. Udah 20 tahun. Banyak kenangan momen sama teman-teman. Temen-teman biasanya ngumpul," jelasnya.

Sementara itu Suyoto, karyawan divisi finishing mengaku sedih dengan keputusan kurator yang mempailitkan Sritex.

Padahal Sritex sudah menjadi mata pencaharian selama 30 tahun, apalagi masih menanggung sejumlah beban pembiayaan keluarganya. 

"Ya cari-cari (pekerjaan) dulu, kan (perusahaannya) enggak mungkin akan bangkit lagi, pailit," tandas dia.

Baca Juga: Diduga Akibat Konsleting Listrik, Pabrik Bahan Tekstil di Kartasura Terbakar Hebar

"Kesannya itu punya pinjaman di bank belum lunas, lha terus PHK itu. Nggak bisa dilupakan, pusing. Punya tanggungan (beban hutang), Apalagi ambil (KPR) rumah," pungkasnya.

Load More