Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Senin, 13 Januari 2025 | 13:09 WIB
Ilustrasi salat. [ist]

SuaraSurakarta.id - Isra Mi'raj merupakan salah satu peristiwa paling agung dalam sejarah Islam, di mana Nabi Muhammad SAW diperjalankan oleh Allah SWT dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa (Isra) dan kemudian naik ke Sidratul Muntaha (Mi'raj) untuk menerima perintah shalat.

Namun, di balik peristiwa luar biasa ini, tersimpan kisah penuh kesedihan yang dialami oleh Rasulullah SAW.

Perjalanan suci ini terjadi di tahun yang dikenal sebagai ‘Amul Huzn atau Tahun Kesedihan, sebuah fase berat dalam kehidupan Nabi.

Artikel ini akan mengupas kisah sedih di balik Isra Mi'raj untuk menggali hikmah besar yang dapat kita petik.

Baca Juga: Malam 1 Rajab 1446 Hijriah: Keutamaan, Doa, dan Dzikir untuk Tahun Baru 2025

Tahun Kesedihan: Kehilangan Orang-Orang Tercinta

Peristiwa Isra Mi'raj terjadi pada tahun ke-10 kenabian, yang dikenal sebagai ‘Amul Huzn atau Tahun Kesedihan. Sebutan ini merujuk pada berbagai cobaan berat yang dialami Rasulullah SAW, termasuk wafatnya dua orang tercinta beliau: Sayyidah Khadijah RA dan Abu Thalib.

Sayyidah Khadijah RA, istri Nabi yang setia dan pendukung terbesar dakwah Islam, wafat pada usia 65 tahun setelah mendampingi Rasulullah selama hampir 25 tahun.

Beliau adalah sosok yang selalu menguatkan Rasulullah saat menghadapi tekanan dari kaum Quraisy. Kehilangan Khadijah RA menjadi pukulan berat bagi Nabi karena selain sebagai istri, beliau adalah partner sejati dalam dakwah.

Tak lama setelah itu, Abu Thalib, paman Nabi yang juga pelindung utama beliau dari ancaman kaum Quraisy, meninggal dunia.

Baca Juga: Panduan Doa dan Amalan Islami di Malam Tahun Baru 2025

Dengan wafatnya Abu Thalib, Nabi kehilangan perlindungan politik yang selama ini menjaga beliau dari tekanan lebih keras. Kepergian dua sosok penting ini membuat Rasulullah SAW sangat terpukul.

Tekanan Dakwah yang Semakin Berat

Setelah wafatnya Abu Thalib, kaum Quraisy semakin berani melancarkan intimidasi terhadap Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya.

Tidak hanya dalam bentuk ancaman verbal, mereka juga mulai melakukan kekerasan fisik yang semakin menjadi-jadi. Rasulullah bahkan mencoba mencari perlindungan di Thaif, namun justru mendapat penolakan dan perlakuan kasar.

Kejadian ini menunjukkan betapa berat perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan risalah Islam. Kesedihan yang bertubi-tubi dan tantangan yang terus menghimpit membuat Rasulullah semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Isra Mi'raj: Penghiburan Langsung dari Allah SWT

Di tengah kesedihan yang mendalam, Allah SWT memberikan penghiburan luar biasa kepada Nabi Muhammad SAW melalui peristiwa Isra Mi'raj. Perjalanan ini bukan hanya menjadi bukti kebesaran Allah, tetapi juga wujud kasih sayang-Nya kepada Rasulullah SAW.

Isra Mi'raj memperlihatkan bahwa di balik kesulitan, selalu ada kemudahan. Perintah shalat yang diterima Nabi dalam perjalanan ini menjadi cara bagi umat Islam untuk senantiasa berkomunikasi dengan Allah dan mendapatkan kekuatan batin dalam menghadapi ujian hidup.

Peristiwa Isra Mi'raj tidak hanya menjadi tonggak sejarah penting dalam Islam, tetapi juga menyimpan pelajaran mendalam tentang keimanan dan kesabaran.

Di balik ujian berat yang dialami Rasulullah SAW, Allah SWT memberikan pelipur lara yang tiada bandingnya. Kisah ini mengajarkan kita bahwa di setiap kesulitan pasti ada kemudahan, dan kekuatan terbesar selalu datang dari Allah SWT.

Kontributor : Dinar Oktarini

Load More