Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Rabu, 07 Agustus 2024 | 12:22 WIB
Seorang pekerja es gabus jadul. [Suara.com/Ari Welianto]

"Tapi alhamdulillah, jualan berikutnya bisa laku banyak. Orang-orang pada suka, awalnya menyicipi lama-lama beli lagi," kenang dia.

Untuk peminatnya anak-anak tapi ada juga orang dewasa dan orang tua yang beli. Biasanya yang remaja dan orang tua itu untuk nostalgia dengan es gabus yang dulu sangat populer. 

"Banyak yang nostalgia zaman dulu. Ketika dulu makan es gabus, sekarang nostalgia untuk makan kembali," ungkapnya.

Yusuf menjamin bahwa bahan-bahan yang digunakan untuk membuat es gabus itu sudah tersertifikasi halal. Jadi sudah dicek dan disurvei, proses produknya juga terjamin kualitasnya.

Baca Juga: Serikat Kawula Sedasa Rangkul Pengemudi Ojek Online Menangkan Gusti Bhre di Pilkada Solo 2024

"Bahan dan proses produksinya semuanya terjamin. Bahkan sudah tersertifikasi," terangnya.

Untuk bahannya itu cukup mudah sebenarnya. Ada santan, tepung hunkwe, pandan, gula dan vanila jadi aman. Dalam satu hari itu bisa memproduksi 800 potong es gabus.

"Bahannya mudah. Kalau yang rasa, seperti stroberi, kami pakai asli sehingga rasanya khas," papar dia.

Untuk penjualan secara sudah mencapai area Jawa, seperti Bogor, Bekasi, Yogyakarta, Semarang, Lamongan, Magetan hingga beberapa tempat lain.

"Harapannya es jadul 90-an ini tidak hanya di area jawa tapi tersebar di seluruh Indonesia hingga luar negeri," tandasnya.

Baca Juga: Cerita Seniman Pigura Solo 'Bawa' Wajah Prabowo Subianto dalam Rangkaian Uang Koin

Yusuf mengakui selama ini proses penjualan tidak selalu untung, adakalanya juga rugi. Biasanya penghujan itu penjualan menurun termasuk saat kasus Covid-19 kemarin.

"Kalau cuaca panas itu penjualan meningkat. Rata-rata omset perbulan itu Rp 20 juta hingga Rp 40 juta," pungkas dia.

Kontributor : Ari Welianto

Load More