Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 24 Februari 2024 | 18:20 WIB
Galuh Meidiana Pamelia Sutanto (26) saat menunjukan foto sang adik. (Suara.com/Ari Welianto)

SuaraSurakarta.id - Seorang pelayar warga Kampung Duhkito RT 04 RW 04 Desa Singopuran, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Galih Satria Yudhistira Sutanto (24) meninggal secar mendadak di kapal saat berlayar di Amerika Serikat (AS), 20 Januari 2024 waktu AS.

Hasil dari autopsi, Galih meninggal karena jantung. Karena informasi yang diterima dari pihak keluarga, Galih dalam kondisi sehat dan tidak merasa sakit apa-apa.

"Hasil autopsi katanya karena jantung," ujar kakak Galih, Galuh Meidina Pamelia Sutanto (26) saat ditemui, Sabtu (24/2/2024).

Pihak keluarga sempat tidak percaya kalau Galih meninggal karena jantung. Namun setelah melihat pengalaman kalau simbah buyut juga meninggal secara mendadak, sehingga diperkirakan karena faktor keturunan.

Baca Juga: Wilayah Perbatasan Kabupaten Tak Tergarap Maksimal, Yudi Indras: Padahal Potensi Ekonominya Besar

"Benar awalnya itu sempat tidak percaya. Memang dulu Mbah Buyut itu meninggal mendadak, tapi dulu tidak tahu tidak dilakukan autopsi atau apa tidak tahu," katanya. 

Diceritakan memang simbah buyut sudah sepuh (tua). Katanya habis mandi tiba-tiba bilang pusing terus sudah tidak ada. 

"Mungkin juga ada keturunan, tapi kan dulu tidak tahu," ungkap dia.

Galuh mengaku tidak ada firasat apa-apa soal sang adik. Tapi pakde sempat ada firasat mimpi pas malam jumat itu, seperti menggali lubang di bawah pohon.

Terus ada mbah kakung (sudah meninggal) lewat terus bilang itu nanti korbannya satu. 

Baca Juga: Heboh Penemuan Spanduk Dandim Sukoharjo Bersama Pasangan Prabowo-Gibran, Ini Kronologinya

"Saya sama sekali tidak ada firasat apa-apa, kalau pakde memang mimpi gitu. Tapi tidak dipikir atau apa-apa, ternyata minggunya dapat kabar begitu. Mungkin firasatnya itu di pakde," papar dia.

Galuh mengakui sering komunikasi dengan adik dan kondisinya baik-baik saja. Pas umroh itu tiba-tiba suka transfer dan minta dibeliin gamis koko warna hitam.

"Tak tawari gamis koko, maunya warna hitam. Tak beliin nanti dipakai ya," katanya.

Menurutnya pas minggu pagi itu HPnya masih aktif sampai sore, teman-temannya mencoba menghubungi. Karena tidak percaya kalau mendadak meninggal.

"Pas mau berangkat dicek itu oke, dari riwayat penyakit setahu keluarga tidak ada. Jadi kaget saat dikabari meninggal mendadak," tandas dia.

Selama sudah di kapal itu, lanjut dia, tidak pernah mengeluh sakit. Makanya tidak pada tidak percaya, cuma mengeluh capek saja karena memang jam kerja di kapal itu padat.

"Tidak pernah mengeluh sakit," imbuhnya.

Galuh menambahkan jika Galuh itu orang baik, chat dari teman-temannya katanya juga baik. Sering bantu teman-teman di kapal, kalau makan katanya sering berbagi.

"Dalam satu bulan itu, dia sudah benar-benar punya keluarga dari segala negara di kapal. Merasa kehilangan sosok Galih," pungkas dia.

Kontributor : Ari Welianto

Load More