Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Selasa, 07 November 2023 | 14:39 WIB
Salah satu wahana di THR Sriwedari sebelum dibongkar pada 2017 silam. [ANTARA/Mohammad Ayudha]

Titik berhentinya gajah tersebut berdasarkan kepercayaan orang-orang terdahulu adalah di selatan Loji Sriwedari yang saat ini dikenal sebagai Balekambang. Di situlah kemudian ditetapkan sebagai bakal keraton. Pohon beringin pun telah ditanamkan.

Namun, belum jadi didirikan, menyusul ramalan yang menyatakan bahwa jika keraton dibangun di tempat itu, maka keraton terancam tidak akan langgeng. Karena itu, titiknya digeser lebih ke timur. Titik hasil pergeseran itu adalah keraton yang ada hingga kini.

Taman Sriwedari Solo. (pariwisatasolo.surakarta.go.id)

Daerah pemukiman itu pun berkembang pesat hingga dibangunlah Taman Sriwedari yang disebut taman raja. Di sisi timur, dibangun Loji Agung yang saat ini menjadi mueseum. Konon, Loji tersebut dibangun Tuan Susman yang kemudian pernah ditempati oleh warga Belanda.

Tempat itu kini dianggap angker karena cukup lama dibiarkan kosong. Sesekali, Kanjeng Pangeran Arya Mangkudiningrat pernah menempatinya hingga beberapa tahun. Namun, kembali dibiarkan kosong.

Baca Juga: Menelusuri 'Geng Solo' Jokowi di TNI/Polri, Semua Punya Jabatan Mentereng

Sementara, di sisi barat Loji Agung dibangun rumah milik Ki Padmasusastra. Tempat itu sempat menjadi tempat belajar-mengajar kesusastraan Jawa. Tempat itu dijuluki Lamongan diambil dari nama cikal-bakal penghuninya, yakni Mas Ngabei Lamong. Semakin ke barat, rumah Mas Ngabei Karyadongsa dibangun.

Kondisi Taman Sriwedari Saat Ini

Selama berabad-abad, Taman Sriwedari kemudian menjadi tempat yang sangat penting dalam budaya dan kehidupan masyarakat Surakarta.

Taman ini digunakan untuk berbagai kegiatan seni dan budaya, seperti pertunjukan wayang kulit, tari tradisional, hingga musik gemelan.

Taman ini juga menjadi pusat hiburan dan rekreasi bagi masyarakat setempat. Selain untuk bersantai, para pengunjung pun dapat menikmati pertunjukan yang menarik.

Baca Juga: Profil 4 Bupati PDIP di Solo Raya yang Absen saat Gibran Meresmikan Proyek PLTSa

Pada tahun 1765, Kerajaan Surakarta di bawah pemerintahan Sunan Pakubuwono III memutuskan untuk mengubah Taman Sriwedari menjadi arena pertunjukan yang lebih besar dan modern.

Load More