Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Rabu, 22 Maret 2023 | 17:32 WIB
Elemen masyarakat dan pelajar saat belajar kearifan lokal langsung pada petani di Bendung Bagor, Desa Juwiring, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten. [dok]

SuaraSurakarta.id - Peringatan Hari Air Sedunia yang jatu  Rabu (22/3/2023) kali ini menjadi khidmat dengan momentum yang bersamaan dengan Hari Raya Nyepi dan menyambut Ramadan.

Umat Islam dan Hindu memiliki kesamaan untuk menjaga harmonisasi dengan alam, dan air adalah menjadi elemen utamanya.

Pada momentum tersebut, PT Tirta Investama, pabrik AQUA Klaten berkolaborasi dengan elemen masyarakat mengajak milenial belajar kearifan lokal langsung pada petani di Bendung Bagor, Desa Juwiring, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten.

Kegiatan ini diikuti juga oleh Pusur Institute, Forum Relawan Irigasi Jogo Toya Kamulyan, Pemerintah Desa Juwiring, Pemerintah Kecamatan Juwiring SMK N 1 Polanharjo, SMP N 2 Klaten, Gita Pertiwi Surakarta, SHIND (Secercah Harapan Indonesia) Jogja, LPTP (Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan) Surakarta dan Multi Stakeholder Forum (MSF) Klaten.

Baca Juga: Resep Menu Makanan Rekomendasi Buka Puasa dan Sahur di Bulan Ramadan, Coba Bikin Sup Ayam Makaroni

Selain mengingatkan pentingnya menjaga air, Milenial diberi kesempatan belajar dan memahami langsung kearifan lokal dari petani saat ini. Hal tersebut sesuai dengan tema Hari Air Sedunia 2023 yaitu "Be The Change" atau menjadi motor perubahan dalam pengelolaan sumber daya air yang lebih baik.

Pemahaman akan pengelolaan Sumber Daya Air ini yang diharapkan bisa dimulai dari diri sendiri dan ditularkan pada keluarga, kelompok masyarakat hingga masyarakat luas.

Stakeholder Relation Manager AQUA Klaten, Rama Zakaria menyampaikan bahwa Peringatan Hari Air sedunia tahun ini menjadi istimewa karena bertepatan dengan momentum keagamaan.

"Harmonisasi manusia dan alam menjadi topik kebaikan yang diajarkan dalam semua agama. Kami mengajak milenial yang tergabung di sekolah adiwiyata untuk terlibat dan ambil peran dalam kegiatan kami bersama petani di Klaten," kata Rama Zakaria.  

Dia memaparkan, peserta belajar menerjemahkan makna menjadi perubah dalam cara pandang pengelolaan Sumberdaya Air.

Baca Juga: Sambut Ramadan 1444 Hijriah dengan 20 Ucapan Selamat Menunaikan Ibadah Puasa yang Inspiratif

"Program kami terintegrasi mulai dari Hulu Merapi, tengah hingga hilir. Dan kami tidak sendiri, pelibatan Masyarakat dan Lembaga-lembaga independent yang berkompeten menjadi komponen penting dalam kolaborasi ini," jelasnya.

Program Keberlanjutan AQUA Klaten diterapkan dengan pendekatan Hulu, Tengah dan Hilir dari Sub DAS Pusur.

Kemudian di Hulu yaitu tenggara Merapi dikembangkan pemberdayaan ekonomi Masyarakat dengan edukasi budidaya sayur yang ramah lingkungan dan biogas. Skema Pengembalian Jasa Lingkungan diterapkan disini. Danang, Kepala Desa Pundungan yang juga Ketua Pusur Institute menyampaikan bahwa forumnya menjembatani antara pengguna air di hilir bisa memberikan manfaat balik kepada Masyarakat di Hulu.

"Kami membangun Pusur Institute sebagai forum yang terdiri dari semua elemen diantaranya komunitas sungai, kelompok tani, akademisi, industri dalam hal ini AQUA Klaten dan masih banyak yang lain, untuk menggerakkan ekonomi dari hulu ke hilir, demikian juga sebaliknya. Sehingga semua pihak bisa turut mengambil peran dalam menjaga keseimbangan air di Sub DAS Pusur," kata Danang.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Forum Relawan Irigasi Jogo Toya (Jaga Air) Kamulyan, Martono membagikan pesan-pesan kearifan lokal dengan semangat Jawa Memayu Hayuning Bawana. kepada kaum bahwa mengelola SDA itu dapat diartikan penerjemahan dari pesan spirit Jawa tersebut.

"Air adalah sumber kehidupan yang harus dikelola dan dimanfaatkan secara bijak. Merawatnya adalah tanggung jawab bersama, dilakukan secara bergotong-royong untuk masa depan anak-cucu. Nilai-nilai luhur Jawa ini harus dikenalkan dan dipahami oleh generasi muda," tambahnya.

Secara swadaya, jaringan irigasi di sub DAS Pusur di wilayah hilir telah dikelola secara gotong royong oleh Gabungan Paguyuban Petani Pengguna Air (GP3A).

Termasuk  terlibat didalamnya 7 Pemerintah Desa yang mendapatkan aliran dari Bendung Bagor yang dibangun sejak tahun 1954. Dengan sistem Kelola dengan Jogo Toya ini,  596 ha yang sebelumnya tidak terairi, saat ini telah mampu mengairi 300 ha lahan dan terus berkembang.

AQUA Klaten juga berperan mendorong 7 Pemerintah Desa untuk mewujudkan Peraturan Antar Desa (Perkades) dalam pengelolaan Jaringan irigasi secara kolaboratif. Ikatan hukum formal dalam Perkades tersebut supaya bisa saling mendukung model kearifan lokal dengan revitalisasi Jogo Toya dari Forum Relawan Irigasi.

"Kita semua berharap upaya-upaya tersebut mampu menjadi alternatif solusi bagi permasalahan kelangkaan air persawahan di musim kemarau sekaligus mengandlikan laju air pada musim penghujan," ucap Rama.

Selanjutnya, Rama mengharapkan generasi muda sebagai bisa berpartisipasi mengambil peranan sebagai agen perubahan untuk mulai belajar dan memahami pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan dan membangun kolaborasi strategis dengan semua komponen masyarakat yang ada. 

Load More