Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Rabu, 21 Desember 2022 | 09:43 WIB
Para penari dari kubu LDA sedang berlatih tari Bedhaya Ketawang. [Suara.com/Ari Welianto]

SuaraSurakarta.id - Dua kubu Keraton Kasunanan Surakarta atau Keraton Solo, yakni Lembaga Dewan Adat (LDA) dan Sinuhun PB XIII sama-sama menggelar latihan tari sakral Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Bedaya Ketawang di Sasana Sewaka, Selasa (19/12/2022).

Latihan ini sebagai persiapan untuk upacara tinggalan dalem jumenengan Paku Buwono (PB) XIII yang rencana akan digelar akhir Februari 2023 mendatang.

Dalam proses latihan sendiri dilakukan secara bergantian di Sasana Sewaka. Pertama yang menggelar latihan tari Bedhaya Ketawang adalah kubu LDA, kemudian dilanjutkan kubu Sinuhun PB XIII.

Bahkan para penari dari kubu Sinuhun tiba saat latihan tari Bedhaya ketawang dari kubu LDA masih berlangsung. 

Baca Juga: Keraton Solo Kemalingan, Tapi Putri Raja Tak Tahu Barang Apa yang Hilang

Mereka pun harus menunggu kelompok Gusti Moeng selesai latihan untuk berlatih. 

"Seperti yang menjadi tugas kewajiban sebuah lembaga adat. Jadi melakukan serangkaian salah satu upacara adat yaitu Tari Bedhaya Ketawang. Yang punya Bedhaya Ketawang itu cuma Keraton Kasunanan Surakarta," terang Ketua LDA, GKR Koes Moertiyah Wandansari atau Gusti Moeng saat ditemui usai melatih Tari Bedhaya Ketawang, Selasa (19/12/2022).

"Ini kita sudah ada di dalam, kita melakukan apa yang menjadi tugas kewajiban. Kita kan sudah 6 tahun tidak menjalankan, alhamdulillah untuk latihan hari ini bisa berjalan dengan baik," ungkap dia.

Menurutnya, kalau dari pihak Sinuhun PB XIII mau menjalankan lagi dipersilahkan. 

"Apakah nanti pas ulang tahun kenaikan tahta sinuhun akan dua kali begini, saya tidak tahu. Kita lihat saja nanti," katanya.

Baca Juga: Cerita Pedagang Telur Asin dan Kinang yang Jadi Tradisi Sekaten, Jualan Saat Perayaan Sekaten Saja

Tari Bedhaya Ketawang ini merupakan tradisi yang selalu dilakukan pada hari Selasa Kliwon. Tari tersebut hanya boleh ditampilkan di hadapan Sinuwun atau Raja Keraton Kasunanan Surakarta dan hanya boleh ditarikan di Sasana Sewoko. 

"Bedhaya Ketawang ini kan salah satu stempel dari spiritual Jawa, itu untuk seorang raja di Mataram. Kami tetap menghormati selama 6 tahun ini sama sekali tidak latihan dan hanya latihan Bedhaya dan Srimpi yang lainnya," sambung dia.

Sementara itu dari kubu Sinuhun PB XIII, KRA Christophorus Aditiyas Suryo Admojonegorol mengatakan jika Tari Bedhaya Ketawang hanya ditampilkan saat Jumenengan hari ulang Tahun Raja atau upacara kenaikan tahta.

Untuk tahun 2023 nanti akan digelar pada bulan Februari mendatang. 

"Maka setiap hari Selasa Kliwon mengadakan latihan. Tapi saat kami akan melakukan latihan, terhalang dengan adanya latihan dari kelompok Gusti Moeng," bebernya.

KRA Aditiyas pun mempertanyakan Tari Bedhaya Ketawang kubu Gusti Moeng. Mengingat Sinuhun sudah menunjuk sendiri para penari untuk acara Jumenengan mendatang. 

"Itu kan pertama yang dicari maling, tetapi kenapa masih ada di sini dan kemudian latihan Bedhaya Ketawang. Itu tarian untuk siapa, karena di sini masih ada Raja yang sah jumenengan," papar dia.

Ia menambahkan, jika pihaknya hanya melakukan perintah dari Sinuhun PB XIII. Sedangkan apa yang dilakukan oleh LDA itu menyalahi aturan keraton.

"Kami nanti akan melakukan musyawarah untuk itu semua. Karena tatacara ini tidak dibenarkan," jelasnya.

Kontributor : Ari Welianto

Load More