SuaraSurakarta.id - Dokter spesialis kedokteran olahraga dr. Antonius Andi Kurniawan, Sp.KO menyarankan pasien cedera olahraga segera mendapatkan penanangan agresif dan akurat dari tim medis kompeten untuk memastikan pasien dapat kembali berolahraga tanpa rasa sakit.
"Dan risiko cedera tidak berulang di kemudian hari," ujar dia yang tergabung dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO) dikutip dari ANTARA, Rabu (18/8/2022).
Andi mengatakan, penanganan pertama yang diberikan akan memengaruhi keseluruhan proses pemulihan pasien, mulai dari tingkat keparahan hingga lama durasi proses penyembuhan.
"Untuk itu, dukungan program pemulihan yang terdiri dari modalitas terapi dan terapi exercise yang tepat akan membantu proses penyembuhan pasien jadi lebih cepat," kata dia.
Pada kasus cedera berat yang menyebabkan terjadinya robekan pada tendon, ligamen, dan tulang rawan, hingga robekan rotator cuff atau otot atau tendon yang mengelilingi sendi bahu, maka diperlukan pemeriksaan penunjang dengan modalitas pencitraan MRI. Hal ini guna mendapat gambaran jaringan lunak dalam tubuh dengan lebih jelas.
Jika didapati adanya kerusakan yang membutuhkan tindakan pembedahan, maka tindakan operasi minimal invasive dapat dilakukan dengan membuat sayatan kecil untuk menangani bagian yang mengalami cedera.
Dokter spesialis bedah ortopedi konsultan sports injury & arthroskopi dari Sport Medicine, Injury and Recovery Center RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, dr. Andi Nusawarta, M.Kes, Sp.OT (K-Sport) menuturkan, tindakan minimal invasive memberikan banyak manfaat bagi pasien dengan kasus cedera olahraga berat.
Menurut dia, durasi operasi pada tindakan ini relatif lebih singkat, luka sayatan lebih kecil sehingga meminimalisir kemungkinan rusaknya otot di area sekitar tindakan.
"Dan waktu pemulihan lebih cepat sehingga pasien dapat segera melanjutkan proses terapi pemulihan selanjutnya dengan lebih nyaman," tutur dia.
Baca Juga: Jangan Diabaikan, Ini Risiko Jika Cedera Tidak Ditangani dengan Tepat
Andi menambahkan, tak hanya penanganan cedera olahraga yang membutuhkan penanganan agresif dan akurat. Menurut dia, para pasien yang baru menjalani operasi besar juga membutuhkan terapi pemulihan dan latihan agar dapat kembali beraktivitas dan berolahraga seperti sedia kala.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
Terkini
-
Kubu PB XIV Purboyo Ganti Semua Pintu Gembok di Keraton Solo, Pekerja Revitalisasi Diminta Keluar
-
Penjelasan Resmi Rosalia Indah Terkait Video Viral Pengemudi: Sanksi Tegas Telah Ditetapkan
-
Gagal Ganti Nama di KTP, Upaya Raja Keraton Solo PB XIV Terganjal Potensi Sengketa
-
10 Wisata Tawangmangu Karanganyar yang Cocok untuk Libur Sekolah Akhir Tahun 2025
-
Dualisme Keraton Solo: Fadli Zon Undang Raja Kembar, Hangabehi Datang, Purboyo Pilih Urus Kuliah