Terdapat juga foto hadiah dari orang Belanda yang datang langsung ke rumah Slamet Riyadi belum lama. Orang Belanda itu merupakan anak tentara Belanda yang berperang melawan Slamet Riyadi.
Selama ini perbaikan dilakukan pribadi, itu pun hanya perbaikan kecil, seperti menambal tembok atau bagian atap di talang biar tidak bocor.
Keluarga pun sudah tidak mampu merawat dan memperbaiki rumah sebesar ini. Diakuinya dari pemerintah belum datang ke sini menengok atau memperbaiki.
"Dari pemerintah belum pernah meninjau ke sini. Kalau untuk perbaikan semampunya, kalau ada yang rusak-rusak saja," paparnya.
Ini rumah yang penuh kenangan, bersejarah dan menjadi saksi bagi perjuangan Slamet Riyadi melawan Belanda yang ingin menjajah kembali bangsa Indonesia.
Siti menceritakan, dulu Slamet Riyadi jarak pulang ke rumah tapi berjuang melawan Belanda. Kalau pun pulang hanya sebentar dan cuma menanyakan kabar lalu berangkat lagi, pulangnya itu pakai baju dinas.
"Pak Slamet jarang pulang ke rumah, berjuang kemana-mana. Pak Slamet kalau pulang tanya ke ibu saya "bapak piye yu kabare?', jadi nengok sebentar terus berangkat lagi," sambung dia.
"Pulangnya pun tidak bisa ditentukan kapan, kalau ada waktu pulang sebentar. Biasanya pulangnya malam biar tidak ketahuan Belanda, karena sering dicari-cari sama Belanda sampai rumahnya mau dibakar," jelasnya.
"Pak Slamet juga bilang ke ibu 'sudah yu kalau sehat semua, aku kembali lagi mohon doanya saja biar bisa berjuang terus," imbuh dia.
Baca Juga: Sambut Kemerdekaan RI, Lawang Salapan Bogor Dibalut Bendera Merah Putih
Siti mengatakan, jika sosok Slamet Riyadi itu akhlaknya bagus dengan orang tua, keluarga, dan sesama. Jujur dan sering membantu orang-orang yang tidak mampu, dulu rumah sering dipakai untuk menampung orang-orang desa sini.
"Akhlaknya bagus, jujur, dan sering membantu orang yang tidak mampu. Ibu itu banyak cerita-cerita tentang Pak Slamet, saya ketemu beliau itu sekitar usia 5 tahun dan itu jarang," papar dia.
"Ibu itu ngasih tahu, iki adik ku, iki om mu. Om mu iki neng endi-endi mung perang terus, jadi jarang pulang," kisahnya.
Siti menambahkan, saat Slamet Riyadi pergi ke Ambon untuk berjuang keluarga tidak tahu dan tidak dipamiti. Tapi tahu-tahu dapat kabar kalau Slamet Riyadi gugur di usia 23 tahun tahun 1950.
Keluarga tahu kalau Slamet Riyadi gugur di Ambon dari siaran radio. Dari komandannya Pak Gatot Subroto juga memberitahu kalau Slamet Riyadi gugur di Ambon.
"Simbah terkejut saat ada berita dari RRI jika Slamet Riyadi gugur di Ambon. Simbah langsung kaget, kok ora pamit sama saya, masak bapake ora dipamiti ngerti-ngerti gugur. Simbah nangis-nangis saat tahu anak laki-lakinya gugur," ucap dia.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Sunscreen Terbaik Harga di Bawah Rp30 Ribu agar Wajah Cerah Terlindungi
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- 24 Kode Redeem FC Mobile 4 November: Segera Klaim Hadiah Parallel Pitches, Gems, dan Emote Eksklusif
Pilihan
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
-
Bos Pajak Cium Manipulasi Ekspor Sawit Senilai Rp45,9 Triliun
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan
Terkini
-
Keraton Solo Dijaga TNI dan Polri, Potensi Gejolak Pengukuhan Penerus PB XIII?
-
Jokowi Ogah Cawe-cawe Soal Penerus PB XIII, Ini Alasannya
-
Kapan Putra Mahkota Keraton Solo Menjadi PB XIV? Anak PB XIII Ungkap Waktunya
-
Soeharto dan Gus Dur Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Jokowi Ucap Kalimat Mengejutkan
-
Solo Meriah! Pekan Wayang dan Gamelan 2025 Dibuka, 30 Komunitas Budaya Turun ke Jalan