Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Sabtu, 06 Agustus 2022 | 07:15 WIB
Atlet boccia Indonesia, Wening Prabawati saat foto bersama dengan keluarga besarnya. [Suara.com/Ari Welianto]

SuaraSurakarta.id - Wening Prabawati tidak bisa menyembunyikan kegembiraan setelah meraih medali emas di cabor boccia pada ajang ASEAN Para Games 2022.

Ini merupakan medali emas pertama bagi tim boccia di keikutsertaan perdana multievent ASEAN Para Games bagi atlet berusia 32 tahun tersebut.

Medali emas satu-satunya yang diperoleh tim boccia di ASEAN Para Games 2022 di Kota Solo. 

Turun di kelas individual female BC4, atlet asal Kabupaten Semarang ini mengalahkan atlet asal Thailand Chalisa Khiawjantra dengan skor 4-3.

Baca Juga: Lagu Cover dan Original Harus Sama-Sama Dihargai untuk Ekosistem Musik yang Lebih Supportif

Selain emas, Wening juga meraih medali perak untuk kategori mixed pair BC4 yang berpasangan dengan Fendy Kurnia Pamungkas. 

"Sebenarnya tidak percaya bisa meraih medali emas. Saya cuma bertanding nothing to lose, yang penting saya main, sebisa saya, semampu saya. Hasilnya diserahkan sama yang diatas," ujar Wening Prabawati saat ditemui, Jumat (5/8/2022).

Lawan terakhir di kelas female BC4 untuk memperebutkan medali emas, lawannya cukup kuat. Di mana pernah meraih medali emas kejuaraan lain, padahal Wening sendiri merupakan atlet debutan di ajang multievent internasional ini. 

"Ini event pertama internasional saya dan lawannya langsung berat. Sebenarnya beban juga tapi benar-benar main tidak ada beban," kata anak pertama dari tiga bersaudara ini.

Wening juga tidak menyangka jika medali emas yang diraih merupakan emas pertama boccia untuk Indonesia. Padahal tidak ada target atau ditarget apa-apa di event internasional ini, hanya bertanding cari pengalaman saja.

Baca Juga: 4 Pemain Timnas Indonesia U-16 yang Layak Dijajal Shin Tae-yong untuk Piala Dunia U-20 2023

"Tidak menyangka dan tidak bisa berkata apa-apa," sambungnya.

Usai mendapat medali emas di ASEAN Para Games ini, Wening memiliki target untuk masuk ke Paralimpiade Paris tahun 2024 mendatang. 

Setelah event ini, Wening akan berlatih dan mengikuti kejuaraan untuk mengumpulkan poin agar bisa masuk ke Paralimpiade nanti. 

Atlet yang hobi menulis di blog ini pun harus absen di Asian Para Games 2023 di China nanti. Karena poin dan rankingnya belum mencukupi. 

"Kemenangan ini memacu saya untuk lebih baik lagi. Karena motivasi saya, kita tidak akan diuji diluar batas kemampuan kita, jadi tetap semangat," ungkap dia.

Wening mengaku dari awal belum tahu tentang boccia, baru mengenal itu bulan Maret tahun 2021 lalu. Di tahun yang sama, Wening masuk ke Pelatda di Kabupaten Semarang untuk mengikuti Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVI Papua.

"Awalnya itu sebenarnya dicari oleh Ketua NPC Kabupaten Semarang. Saya disarankan untuk masuk ke boccia. Terus langsung masuk Pelatda persiapan Peparnas Papua tahun lalu," papar dia.

Namun, di Peparnas Papua belum mendapatkan medali. Seusai Peparnas, langsung diminta  bergabung di Pelatnas Solo untuk persiapan ASEAN Para Games 2022 ini.

"Gabung Pelatnas dan berlatih untuk persiapan ASEAN Paragames mulai Januari sampai Juli kemarin," tandas anak pasangan Harini dan Nadzirin ini.

Perjuangan selama mengikuti Pelatnas, saat ini sudah terbayarkan. Selain motivasi dari dirinya sendiri, suport dari orang tua dan keluarga sangat besar memiliki arti bagi dirinya.

Support dan dukungan dari orang tua dan keluarga diberikan ketika dua pertandingan terakhir yang dilakoni Wening Prabawati. Pada hari terakhir pertandingan, ayah, ibu dan adik-adiknya datang langsung dari Semarang untuk menyaksikan pertandingannya.  

Kontributor : Ari Welianto

Load More