Scroll untuk membaca artikel
Siswanto
Jum'at, 05 Agustus 2022 | 16:12 WIB
Salah satu rumah yang hancur diserang massa di Desa Mulyorejo, Jember. [Beritajatim.com]

SuaraSurakarta.id - Pada Rabu (3/8/2022), dini hari, sejumlah rumah penduduk Desa Mulyorejo, Kabupaten Jember, Jawa Timur, dirusak kelompok orang tak dikenal.

Polisi dan pimpinan daerah setempat sudah turun tangan, tetapi mereka belum mengetahui motif kekerasan itu.

Saat ini, aparat keamanan berjaga-jaga di Desa Mulyorejo untuk mencegah kemungkinan terjadi penyerangan lagi.

Kasus penyerangan ke Desa Mulyorejo bukan kali itu saja terjadi. Laporan Beritajatim menyebutkan, sebelum Rabu dini hari, terjadi dua kali serangan ke desa itu (Juli hingga awal Agustus).

Baca Juga: Satu Pleton Polisi Disiagakan di Mulyorejo Jember Antisipasi Penyerangan Orang Tak Dikenal

Dari tiga serangan itu mengakibatkan sejumlah kerusakan yang meliputi empat rumah, tiga mobil, 20 sepeda motor, poskamling, dan alat pemotong rumput milik warga.

Laporan Beritajatim juga menyebutkan kelompok orang tak dikenal tak hanya merusak rumah penduduk, mereka juga menjarah harta benda.

Kepala Kepolisian Resor Jember Ajun Komisaris Hery Purnomo mengatakan kasus kekerasan sedang dalam penyelidikan dan dia belum dapat menyimpulkan latar belakangnya.

Polisi menduga kelompok penyerang berasal dari salah satu kecamatan di Kabupaten Banyuwangi.

Begitu juga dengan Wakil Bupati Muhammad Balya Firjaun Barlaman, dia juga mengatakan belum mengetahui penyebabnya.

Baca Juga: Wabup Jember Gus Firjaun Turun Tangan Kasus Penyerangan di Desa Mulyorejo: Semoga Segera Teratasi

“Tapi memang curahan hati masyarakat, ada pihak-pihak yang merugikan masyarakat, seperti minta setoran, mengambil ternak, dan lain-lain. Ini yang akan diusut polisi. Ini harus ditelusuri apakah benar informasi itu,” kata Firjaun.

“Ada akumulasi persoalan di sana. Ada banyak pihak. Kami akan telusuri itu. Kami berharap tenang dululah, biar kepolisian bekerja dengan maksimal dan cepat, sehingga persoalan di Mulyorejo bisa terurai. Masyarakat juga ingin tenang.”.

Firjaun meminta tokoh masyarakat setempat ikut membantu meredakan ketegangan.

“Kami minta kepada masyarakat agar semuanya menahan diri, karena ini negara hukum. Semua harus patuh kepada hukum. Siapa yang melanggar, tentu ada sanksi hukum yang berlaku di Indonesia. Saya tekankan itu. Apalagi hukum agama yang dilanggar, artinya melakukan perbuatan zalim kepada orang lain bukan hanya hukum negara yang dilanggar, karena hukum negara dan agama relatif berjalan seiring,” kata Firjaun.

Dampak kekerasan itu membuat penduduk setempat merasa resah dan mereka berharap aparat segera mengungkap dan mengadili pelakunya.

Load More