Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Rabu, 06 Juli 2022 | 08:51 WIB
Tangkapan layar video Arie Kriting yang menyindir soal budaya money politik di Indonesia. [Instagram/@sang_motivatorku]

SuaraSurakarta.id - Sebagai negara demokrasi, Indonesia setiap lima tahun sekali menggelar Pemilihan Umum (Pemilu). Tak hanya memilih calon legislatif atau anggota DPR RI, Presiden dan kepala daerah juga dipilih setiap lima tahun sekali.

Namun demikan, Komedian Arie Kriting menyorot budaya buruk setiap pemilu di Indonesia digelar. Menurutnya biaya politik sangat mahal.

Salah satu biaya politik menurut Komedian itu adalah untuk memberikan uang kepada calon pemilih atau masyarakat agar mau mendukung atau memilih saat di TPS.

Budaya suap atau money politik itulah yang disebut-sebut Arie Kriting sulit ditinggalkan oleh warga Indonesia.

Baca Juga: Puan Serukan Kadernya Tetap Sambangi Rakyat Meski Elektabilitas PDIP Tertinggi

"Tidak mungkin satu Indonesia ini tidak pernah dengar bahwa ketika kita pemilu itu jangan pilih yang kasih uang, tidak mungkin tidak ada yang dengar, pasti tahu. Tapi terus kenapa kau masih pilih yang suap kau?," ucapnya di video yang diunggah di Instagram akun @sang_motivatorku yang dikutip pada Rabu (6/7/2022).

Menurut Arie Kriting, masyarakat hanya mau memilih para calon yang kasih uang. Sehingga, hal tersebut lah yang membuat praktik korupsi terus terjadi.

"Masyarakat hanya mau pilih kalau terima uang. Terus akhirnya biaya politik jadi tinggi karena mereka harus cari uang untuk bisa dapat suara sebanyak-banyaknya, terus akhirnya mereka harus kasih kembali ongkos politik yang dia tadi sudah keluarkan," ujarnya.

Ia menyebut praktik money politik adalah lingkaran setan yang tidak bisa putus di Indonesia.

"Akhirnya harus ngambil dari proyek-proyek, proyek-proyek yang akhirnya merugikan masyarakat. Ini lingkaran setan yang tidak bisa putus," tambahnya.

Baca Juga: Bertekad Merahkan Jawa Barat, Puan Maharani: Asalkan Kita Solid

Load More