SuaraSurakarta.id - Sebagai negara demokrasi, Indonesia setiap lima tahun sekali menggelar Pemilihan Umum (Pemilu). Tak hanya memilih calon legislatif atau anggota DPR RI, Presiden dan kepala daerah juga dipilih setiap lima tahun sekali.
Namun demikan, Komedian Arie Kriting menyorot budaya buruk setiap pemilu di Indonesia digelar. Menurutnya biaya politik sangat mahal.
Salah satu biaya politik menurut Komedian itu adalah untuk memberikan uang kepada calon pemilih atau masyarakat agar mau mendukung atau memilih saat di TPS.
Budaya suap atau money politik itulah yang disebut-sebut Arie Kriting sulit ditinggalkan oleh warga Indonesia.
Baca Juga: Puan Serukan Kadernya Tetap Sambangi Rakyat Meski Elektabilitas PDIP Tertinggi
"Tidak mungkin satu Indonesia ini tidak pernah dengar bahwa ketika kita pemilu itu jangan pilih yang kasih uang, tidak mungkin tidak ada yang dengar, pasti tahu. Tapi terus kenapa kau masih pilih yang suap kau?," ucapnya di video yang diunggah di Instagram akun @sang_motivatorku yang dikutip pada Rabu (6/7/2022).
Menurut Arie Kriting, masyarakat hanya mau memilih para calon yang kasih uang. Sehingga, hal tersebut lah yang membuat praktik korupsi terus terjadi.
"Masyarakat hanya mau pilih kalau terima uang. Terus akhirnya biaya politik jadi tinggi karena mereka harus cari uang untuk bisa dapat suara sebanyak-banyaknya, terus akhirnya mereka harus kasih kembali ongkos politik yang dia tadi sudah keluarkan," ujarnya.
Ia menyebut praktik money politik adalah lingkaran setan yang tidak bisa putus di Indonesia.
"Akhirnya harus ngambil dari proyek-proyek, proyek-proyek yang akhirnya merugikan masyarakat. Ini lingkaran setan yang tidak bisa putus," tambahnya.
Baca Juga: Bertekad Merahkan Jawa Barat, Puan Maharani: Asalkan Kita Solid
Berita Terkait
-
Pasca Quick Count, Megawati Soroti Campur Tangan Kekuasaan di Pilkada
-
Apatis atau Aktif? Menguak Peran Pemilih Muda dalam Pilkada
-
Usai Pantau Quick Count, Megawati Nyatakan Sikap Politik Prihatin: Demokrasi Terancam Mati!
-
Serangan Fajar di Masa Tenang Pilkada, Bawaslu Mulai Usut 130 Kasus Politik Uang usai Pemungutan Suara
-
Quick Count Indikator Politik Indonesia: Robinsar-Fajar Raih 51 Persen di Pilkada Cilegon
Terpopuler
- Diminta Cetak Uang Kertas Bergambar Jokowi, Reaksi Bank Indonesia di Luar Prediksi: Kalau Gitu...
- Ragnar Oratmangoen Akui Lebih Nyaman di Belanda Ketimbang Indonesia: Saya Tidak Menonjol saat...
- Warga Jakarta Jangan Salah Nyoblos Besok, YLBHI Bongkar 'Dosa-dosa' Cagub Nomor Urut 2 Dharma Pongrekun
- Pelatih Jay Idzes: Saya Tidak Senang, Ini Memalukan!
- Pratiwi Noviyanthi Ditinggal Pengacara Usai Tak Mau Selesaikan Kisruh Donasi Pengobatan Agus Salim
Pilihan
-
Harga MinyaKita Mahal, Mendag "Lip Service" Bakal Turunkan
-
Mahasiswa Universitas Lampung Ajak Warga Gotong Royong Peduli Lingkungan
-
Jangan Lewatkan! Amalan Malam Jumat untuk Perlindungan dari Fitnah Dajjal
-
Setelah Pilkada, Harga Emas Antam Meroket Jadi Rp1.513.000/Gram
-
Mempelajari Efektivitas Template Braille pada Pesta Demokrasi
Terkini
-
Pagi-pagi Temui Jokowi Usai Menang Pilkada Solo, Respati-Astrid Dapat 'Hadiah' Ini
-
Cerita Jokowi Banjir Telepon dari Pemenang Pilkada Sampai Larut Malam
-
Astrid Widayani Ciptakan Sejarah, Wakil Wali Kota Solo Perempuan Pertama
-
Quick Count Pilkada Sukoharjo: Petahana vs Kotak Kosong Siapa yang Menang? Ini Hasilnya
-
Karutan Solo Apresiasi Antusiasme Warga Binaan dalam Pilkada Serentak 2024