Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Sabtu, 25 Juni 2022 | 18:56 WIB
Koordinator MAKI, Boyamin Saiman. [dok]

"Saya berharap tirulah saya untuk mendapatkan ilmu. Tapi jangan tiru yang lamanya," sambung dia.

Boyamin menceritakan, masuk kuliah di UMS tahun 1991/1992. Sebenarnya pada semester 7 sudah selesai terus skripsi terbengkalai. 

Karena memang untuk tema skripsi menjadi hilang, karena waktu itu pendirian partai politik baru berdasarkan undang undang orde baru. Kemudian ikut LBH, ikut DPRD, ikut demo. Lalu Pak Harto jatuh sudah sudah tidak bisa menyelesaikan lagi skripsi itu.

"Karena partai politik jadi berdiri banyak. Nah, terus terbengkalai sampai sekarang," imbuhnya.

Baca Juga: MAKI Laporkan Oknum Pejabat Kemenkumham Ke Kejaksaan, Diduga Lakukan Pungli

Menurutnya, sekarang ini hanya mengambil semester hanya untuk menyelesaikan tugas akhir.

"Jadi berapa saya kuliah, ya sebenarnya 7+1, jadi 8 semester. Tapi usianya 30 tahun," ucap dia.

Untuk tugas akhir, Boyamin mengambil judul perlindungan negara terhadap hak cipta seni tradisi Ki Narto Sabdo

Boyamin menjelaskan, Ki Narto Sabdo itu karyanya hampir 300 lagu dan gending. Selama ini belum pernah diuruskan hak cipta. 

"Karena memang amanatnya Ki Narto Sabdo memang tidak boleh dimiliki ahli waris, biar bersama di masyarakat. Tapi hak cipta itu untuk tercatat di lembaran negara supaya tidak hilang," jelasnya.

Baca Juga: KPK Bikin Rompi Biru Penangkal Korupsi, MAKI: Hentikan Gimik!

Boyamin pun berhasil mengurus hak cipta Ki Narto Sabdo. Tanpa menuntut hukum orang-orang yang telah dianggap menyalahgunakan hak ciptanya, jadi tetap biar hidup di masyarakat.

Load More