Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Jum'at, 29 April 2022 | 12:47 WIB
Aksi berbagai takjil Komunitas Schretc di perempatan Kratonan, Serengan. [dok]

SuaraSurakarta.id - Kota Solo memiliki bantyak komunitas sepeda motor yang masih eksis hingga sekarang.

Salah satunya komunitas motor bernama Schretch, salah satu komunitas motor yang mayoritas anggotanya pecinta balap baik roda dua maupun roda empat.

Nah, hingga kini Komunitas yang bernama Schretc masih tetap saja eksis. Komunitas yang berdiri sejak tahun 1985 tersebut berawal dari pertemanan yang sama- sama masih duduk di bangku SMA.

Saat itu diawali di suatu tempat yang biasanya mereka nongkrong di Kawasan Perempatan Kawatan, dan Perempatan Kratonan Kecamatan Serengan itulah, mereka berinisiatif membuat komunitas motor maupun mobil.

Baca Juga: Bupati Sidrap Resmikan Komunitas Pencinta Kendaraan Listrik Pertama di Sulawesi Selatan

“Dari pertemanan waktu kita masih remaja ya, terus kita nongkrong bareng di Kawasan Serengan, terus ada muncul ide membuat nama komunitas yakni Schretc dari rekan kita Dani," ungkap Ketua Komunitas Schretc, Haryono saat berbincang dengan Suarasurakarta.id.

"Disitulah nama Schretc muncul dari Mas Dani. Akhirnya kita saling berkomit untuk membesarkan komunitas kita di bidang otomotif atau balap,” tambah dia.

Haryono juga menjelaskan, bahwa kegiatan waktu itu hanyalah di dunia otomotif dan nongkrong. Beberapa kejuaraan balap seperti grass track, slalom test, dan rally, juga pernah diikuti komunitas yang mayoritas cah Solo ini.

“Beberapa teman kita pernah mengikuti kejuaraan balap. Ya meskipun belum pernah mendapat juara pertama namun pengalaman menjadi juara tiga besar pernah kita miliki,” tandasnya, Rabu, (27/04/2022).

Bahkan, selain di kejuaraan dirinya juga mengaku sebagian anggotanya juga menjadi balap jalanan yang mereka ikuti setiap malam minggu.

Baca Juga: Viral Pemotor Sunmori Pakai APD di Tasikmalaya, Tuai Kecaman Komunitas Motor hingga Nakes

“Ya kalau balapan di jalanan ini kita sifatnya hanya senang senang saja, biasalah dulu kan masih remaja. Dan kalau jaman dulu kan belum ada hiburan positif seperti adanya gadget dan sebagainya. Jadi ya hanya itu itu saja,” terang Haryono.

Disela sela aksi sosialnya membagikan takjil, Haryono juga mengungkapkan bahwa Komunitas Schretc tersebut pasca era remajanya masih saja tetap eksis.

“Dari tahun 80-an, kita terus beregenerasi ya. Artinya angkatan saya sempat fakum di tahun 90-an. Akhirnya di Tahun 2000-an ada adik adik kita yang meneruskan komunitas ini. Dan kegiatannya juga sama namun lebih ke kekinian," paparnya.

Hingga kini, Komunitas yang beranggotakan lebih dari 200-an anggota itu masih tetap eksis namun tidak lagi dan jarang di dunia balap, melainkan lebih berafiliasi di dunia sosial dan touring.

Hampir setiap bulan atau tahun, komunitas ini selalu melakukan aksi sosialnya, dari saling bantu antar teman, ke anak yatim piatu, hingga setiap Bulan Ramadhan selalu melakukan aksi sosial bagi takjil, dan bagi paket nasi untuk sahur.

“Kita aksi sosial ini, memang terus kita gulirkan. Minggu kemarin kita bagi takjil. Dan rencana untuk Jumat tanggal 29 besok kita juga bagi takjil lagi rencana berlangsung di Perempatan Kratonan jam 16.00 WIB,” ujar dia.

Selain itu, lanjut Haryono di masa awal Pandemi Covid 19 2020 Schretc juga melakukan aksi sosial membantu sesama, yang di khususkan anggota maupun orang lain yang terdampak ekonominya maupun yang terpapar saat lalukan isoman dirumah.

“Ya Alhamdulilah, kita bantu paket sembako dan mungkin ada kebutuhan lainnya juga. Ya sedikit meringankan beban orang yang membutuhkan yang kerjanya serabutan,” tuturnya.

“Sementara untuk dananya kita serkileran atau patungan anggota. Ada yang bantu mie instant, air mineral dan vitamin. Ada juga yang berbentuk uang dan langsung kita belanjakan. Alhamdulilah berjalan lancar dan semua sehat," paparnya.

Nantinya komunitas yang anggotanya kini tengah menyebar hampir seluruh Indonesia ini, akan terus mengembangkan aksi sosial bentuk lainnya.

“Pokoknya kita saat ini terus ber sosial. Membantu antar sesama tidak membedakan ras, suku, agama. Intinya ber sedekah terus,” tutupnya.

Kontributor : Budi Kusumo

Load More