Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Rabu, 13 April 2022 | 22:17 WIB
Ibu angkat Dila menangis dihadapan jenazah putrinya. (suara.com/ari welianto)

SuaraSurakarta.id - Warga Blateran Desa ngabeyan, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo tidak percaya dengan meninggalnya Umairoh Fadlilatunnisa atau Dila.

Warga juga sempat kaget, bocah berusia 7 tahun itu meninggal dengan penuh luka lebam di tubuhnya. 

Diduga, Dila meninggal setelah adanya penganiayaan dari kakak angkatnya. Warga sendiri menilai, jika sang bocah merupakan anak yang baik, lucu, dan mudah bergaul dengan yang lain.

"Saya semalam nangis terus, tahu Dila meninggal. Dia itu sering main ke rumah, kebetulan anak saya temenan sama dia sering main bareng dan TPA bareng," ujar tetangga korban, Riani (53), Rabu (13/4/2022).

Baca Juga: 2 Tersangka Kasus Meninggalnya Bocah TK Asal Kartasura Korban Penganiayaan, Sudah Lakukan Berulang Kali

Terakhir main ke rumah itu tiga hari yang lalu. Ia tahu kalau tangan dan kaki Dila itu lebam tapi tidak curiga kalau itu bekas dianiaya.

Kapolres Sukoharjo, AKBP Wahyu Nugroho Setyawan saat melakukan jumpa pers terkait meninggalnya UF (7) akibat dianiaya kakak angkatnya. [Suara.com/Ari Welianto]

Tapi Dila dinilainya pintar menyembunyikan dan kalau ditanya pun jawabannya bisa mengelak.

"Bocahe bisa nutupi, saya sempat tanya, kakakmu sayang ga sama kamu?. Dijawab, sayang budhe," katanya.

Menurutnya, korban pernah cerita dengan anaknya jika tangannya sering diikat dengan tali rafia di kamar mandi.

"Saya dikasih tahu sama anak saya seperti itu. Saya sampai nangis, tidak menyangka," ucap dia.

Baca Juga: Putra Siregar Dituduh Mengeroyok dan Mabuk, Sahabat: Terlalu Banyak Fitnah

Riani mengatakan jika korban itu anaknya baik, meneng. Kalau ada orang itu selalu menyapa.

"Anaknya baik, dan ceria. Kalau sama orang itu, monggo om," kenangnya.

Riani menceritakan, pernah korban itu tidak masuk sekolah beberapa hari. Itu pun tidak keluar, karena biasanya itu main ke rumah.

"Enggak keluar pas tidak sekolah. Biasanya main dengan anak saya di rumah. Pernah juga tidak boleh keluar sama sekali," imbuh dia.

Para warga itu tidak pernah mendengar kalau ada tindak kekerasan pada korban. Sempat ada yang mendengar jika anaknya itu nangis saat dipukul. 

"Ada yang dengar korban itu menangis, lalu bilang sakit, sakit," ungkapnya.

Korban saat mau dibawa ke RSUD Dr Moewardi Solo. [Suara.com/Ari Welianto]

Warga menilai orangnya itu baik dan sering salat ke masjid. Kalau pas lewat dan ada orang pasti menyapa, tapi memang tidak ngobrol-ngobrol dengan warga.

Sementara itu Ketua RT 01 RW 02, Suraji menceritakan jika Dila itu merupakan anak dari adik Kartini. 

Karena setalah melahirkan, ibunya tidak mau merawat akhirnya diangkat anak oleh Kartini saat usia selapan atau 35 hari. 

"Ayah Dila sudah meninggal saat masih dikandungan, ibu kandung masih hidup tapi di luar kota. Dila mau disebut anak angkat atau anak kandung tidak apa-apa, karena sudah masuk KK keluarga," tandasnya.

Suraji menambahkan, jika kakak-kakaknya mendapat perlakuan keras itu dari bapaknya. Karena memang background bapaknya itu pegawai sipir penjara. 

"Bapak sama ibu itu bercerai empat tahun lalu," pungkas dia.

Kontributor : Ari Welianto

Load More