Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Jum'at, 18 Maret 2022 | 16:50 WIB
Penjual sedang menggoreng sejumlah jajanan di kedainya. [Suara.com/ari welianto]

"Harapannya harga jangan terlalu tinggi dan mencari mudah, tidak usah sampai antri," tuturnya.

Hal senada juga disampaikan penjual gorengan pohung di sebelah barat SMA 7 Solo, Edi Kristiono (48) yang keberatan dengan naiknya harga minyak goreng

Penjual asal Klaten ini hanya bisa mengurangi porsi saja dan itu tergantung dari pembeli.

"Itu untuk menutupi kekurangan minyak. Harga tetap sama, hanya mengurangi porsi saja, kalau naik berdampak pada pelanggan," terangnya.

Baca Juga: Negara dengan Harga Minyak Goreng Termurah, Satu Liter Cuma Rp8.500

Satu hari itu biasanya membutuhkan 34 kilo minyak goreng atau Rp520 ribu. Kalau harganya naik, bisa lebih banyak lagi uangnya.

"34 kilogram itu dibagi dua jeriken yang masing-masing isinya 17 kilogram. Tambah susah kondisinya," ujar Edi.

Ia bahkan sempat tidak dapat minyak, akhirnya hanya pakai satu jerigen sisa kemarin. Cuma satu hari, hari berikutnya bisa dapat.

"Sekarang mudah, dulu susah nyarinya dan sempat tidak dapat minyak. Untuk besoknya dapat minyak," terang dia.

Edi berharap, kalau bisa harga minyak goreng menurun atau stabil. Tidak sulit juga dipasaran, ini yang menjadi perhatian pemerintah.

Baca Juga: Pedagang di Pasar Banyuwangi Ini Pilih Jual Murah saat Harga Minyak Goreng Meroket, Alasannya Bikin Terenyuh

Kontributor : Ari Welianto

Load More