SuaraSurakarta.id - Pemerintah telah mencabut kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng.
Harga minyak goreng kemasan akan menyesuaikan nilai keekonomian. Maka itu berdampak pada naiknya harga minyak goreng, karena tidak lagi disubsidi oleh pemerintah.
Kondisi itu berdampak pada masyarakat kecil yang memiliki usaha. Mereka sangat keberatan dengan mahalnya harga minyak goreng di pasaran.
"Jelas keberatan dan susah pastinya. Apalagi semua bahan naik, kayak tepung, telor," ujar Penjual Kue Moho Lawang Pintu Gapit Baluwarti, Sri Murwatiningsih (57) saat ditemuai, Jumat (18/3/2022).
Ia, menjual lima macam makanan, yakni jangkelut, onde-onde, bolang baling, moho, dan donat. Itu pakai minyak goreng kecuali moho.
Sri menjelaskan, terakhir beli minyak goreng curah masih dihitung seharga Rp16 ribu perkilogram oleh bakul yang kulakan di Pasar Legi. Tidak tahu besok mau dihitung dengan harga berapa, karena memang sudah naik.
"Tidak apa-apa kemarin masih dihitung Rp16 ribu perkilogram, yang penting dapat dan tidak antri. Tidak tahu nanti dapat harga berapa. Saya pakai yang curah, kalau pakai kemasan jelas akan merugi," papar warga RT 01 RW 04 Wirengan, Baluwarti ini.
Dirinya sudah diberi informasi dari penjual minyak minyak jika beberapa hari tidak dapat minyak subsidi.
"Saya itu belinya perkilo. Kalau kemarin dikasih harga Rp 16.000 perkilo, mungkin nanti bisa Rp18 ribuhingga Rp20 ribuper kilogram," imbuh dia.
Baca Juga: Negara dengan Harga Minyak Goreng Termurah, Satu Liter Cuma Rp8.500
Untuk tiap produksinya, satu hari kebutuhannya itu 20 kilo minyak goreng. Itu kalau dinominalkan sebesar Rp320 ribu, kalau itu nanti naik bisa sampai Rp400 ribulebih kebutuhan perharinya.
"Pengaruhnya keuntungannya lebih berkurang. Tambah ngeri, sempat berpikiran tidak jual gorengan, jual kue moho saja yang dikukus," sambungnya.
Ia pun hanya bisa pasrah dengan harga minyak goreng saat ini. Untuk tetap bisa berjualan, ia mengurangi takaran jadi lebih kecil sedangkan harga masih tetap Rp 2.000.
Karena harga saat pandemi kemarin sudah naik dari Rp 1.500 menjadi Rp 2.000. Kalau mau dinaikan lagi jelas tidak mungkin, karena yang beli juga kebanyakan warga kelas bawah.
"Takaran saya kurangi lebih kecil. Untuk sekarang produksinya dibatasi, awalnya buat 30 kilo perhari jadi 25 kilo," ucap dia.
Ia berharap ada perhatian dari pemerintah, karena jelas masyarakat kelas bawah sangat menjerit. Apalagi saat harganya murah stok minyak goreng langka, tapi saat harga naik malah stok banyak.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
Polres Sukoharjo Bongkar Jaringan Pengedar Sabu 213 Gram, Dua Pelaku Diciduk di Bendosari
-
Terungkap! GKR Timoer Pastikan Surat Wasiat PB XIII yang Tunjuk PB XIV Ada, Bukan Isapan Jempol
-
Akhir Pekan Makin Asyik! Ada Saldo DANA Kaget Rp299 Ribu, Sikat 4 Link Ini
-
Momen Sejarah! 3 Janji Agung Pakubuwono XIV Purboyo Saat Dinobatkan di Watu Gilang
-
Gibran Terseret Pusaran Takhta? Hangabehi Bongkar Fakta Pertemuan: Bukan Soal Restu Raja Kembar