Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Minggu, 06 Maret 2022 | 07:35 WIB
Massa melakukan aksi damai untuk Ukraina di depan Kedutaan Besar Rusia, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (4/4/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]

SuaraSurakarta.id - Pemerintah Indonesia tidak menunjukan keberpihakan kepada kedua negara yang saat ini tengah berperang. Bahkan dalam berbagai kesempatan pemerintah tidak menyebut invasi Rusia terhadap Ukraina.

Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri Prof Sudarnoto Abdul Hakim mengharapkan pemerintah untuk ikut serta mengupayakan perdamaian dalam konflik Rusia-Ukraina.

"Kepada pemerintah RI, saya sangat berharap peran-peran yang lebih strategis dan taktis dalam ikut serta mengupayakan perdamaian Rusia-Ukraina," kata Sudarnoto dikutip dari ANTARA di Jakarta, Sabtu (5/3/2022).

Sebagai sahabat Rusia dan Ukraina, kata dia, Indonesia berpeluang untuk meyakinkan Rusia agar menghentikan serangannya terhadap Ukraina dan duduk bersama Ukraina untuk membahas dan melaksanakan langkah-langkah perdamaian.

Baca Juga: Mariupol Terkepung, Rusia Buka Koridor Kemanusiaan Selama Lima Jam

"Pengalaman kesepakatan damai yang dilakukan di berbagai negara yang bertikai menunjukkan bahwa trust (kepercayaan) sangatlah penting, jangan ada satupun yang mengkhianati," kata dia.

Indonesia tetap berkomitmen untuk menciptakan perdamaian abadi di manapun dan karena itu, langkah yang akan dilakukan oleh pemerintah RI sangat berarti untuk menghentikan perang Rusia-Ukraina, kata dia.

"Serangan atau agresi militer yang dilakukan oleh Rusia terhadap Ukraina sudah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan," kata dia.

Sudarnoto mengatakan korban jiwa dari kalangan sipil yang tidak berdosa semakin banyak, kerusakan infrastruktur juga semakin masif, dan kebutuhan pokok semakin sulit didapatkan di Ukraina.

"Semua ini mengancam kehidupan sosial, ekonomi, kesehatan dan juga keamanan," kata dia.

Baca Juga: Puan Maharani: Dukungan Indonesia di Resolusi PBB Sesuai Konstitusi

Yang juga pasti, lanjut dia, agresi militer ini akan mengakibatkan masa depan anak-anak semakin suram.

"Tidak terbayangkan, sebuah tatanan dunia ke depan yang seharusnya dibangun berdasarkan kepada prinsip-prinsip keadaban dan ketertiban dunia dan penghormatan yang tinggi terhadap kedaulatan dan kemanusiaan justru masih diwarnai dengan peperangan dan penghancuran," kata dia.

Load More