SuaraSurakarta.id - Kasus COVID-19 mengalami lonjakan pada awal tahun 2022. Lonjakan kasus tersebut disebut-sebut karena munculnya varian Omicron.
Sesditjen Kesehatan Masyarakat dan Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pemerintah optimis dapat menekan transmisi COVID-19 varian Omicron dengan terus memantau tren dan pola penyebaran virus tersebut.
"Strateginya tidak berbeda, tapi justru sekarang kita lebih yakin, karena kita belajar kemarin dengan varian Delta yang penularannya juga cepat," kata Nadia dikutip dari ANTARA, Kamis (24/2/2022).
Nadia melanjutkan, pemerintah juga melihat perkembangan dan langkah yang diambil oleh negara lain. Sehingga, kata dia, pemerintah semakin memahami pola transmisi COVID-19, khususnya varian Omicron.
Menurut Nadia, penanganan COVID-19 memerlukan upaya dari hulu ke hilir. Di hulu, upaya tersebut dapat dilakukan melalui deteksi dini, edukasi bagi masyarakat, dan melakukan langkah-langkah pencegahan melalui penerapan protokol kesehatan. Sedangkan di hilir, adalah melalui transformasi layanan kesehatan yang disiapkan oleh Kementerian Kesehatan.
Jika dibandingkan dengan varian Delta pada pertengahan 2021 yang puncaknya mencapai angka 56 ribu kasus, Nadia mengatakan pemerintah melihat tren peningkatan kasus varian Omicron sudah menyentuh angka 64.700 pada pertengahan Februari 2022.
Nadia melanjutkan, bahwa pada gelombang varian Delta, tingkat kematian per hari dapat mencapai 2.500 kasus, sedangkan pada varian Omicron kematian jauh lebih rendah yaitu di angka 180.
"Saya sepakat bahwa satu nyawa itu berharga. Walaupun angka kematian jauh lebih rendah, tapi setidaknya kita harus bisa menyelamatkan meskipun hanya satu nyawa," kata Nadia.
Dari sisi keterisian perawatan rumah sakit, pada gelombang varian Delta dapat mencapai 60 persen secara nasional, sedangkan saat ini berada di angka 30 persen. Sehingga, menurut Nadia, penarikan rem darurat belum diperlukan.
Baca Juga: Kemenkes Ungkap Perbedaan Penanganan Lonjakan Kasus Covid-19 Varian Delta dan Omicron
"Tetapi, pemerintah tetap memberlakukan pembatasan mobilitas dan PPKM level tiga, sambil terus melakukan percepatan vaksinasi, testing, dan tracing," imbuh Nadia.
Meski demikian, Nadia juga mengingatkan bahwa Indonesia harus tetap bersiap-siap dan waspada akan datangnya gelombang ketiga setelah melihat peningkatan kasus COVID-19.
"Kita melihat bahwa dengan semakin banyaknya transmisi lokal varian Omicron, ini memicu peningkatan kasus COVID-19," ujarnya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Melayat Mendiang PB XIII, Sri Sultan Hamengkubuwono XSinggung Soal Regenerasi
-
Kawalan Berlapis Polresta Solo: Jenazah Raja PB XIII Diantar dengan Keamanan Tingkat Tinggi
-
Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Paku Alam X Melayat dan Beri Penghormatan Terakhir untuk PB XIII
-
Momen Sakral Kereta Jenazah PB XIII Diuji Coba, Keliling Keraton Solo
-
Satresnarkoba Polres Sukoharjo Tangkap Residivis Pengedar Sabu, Amankan Dua Paket Siap Edar