SuaraSurakarta.id - Berdirinya Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat memiliki sejarah yang panjang.
Sebelum berada di Desa Sala, Pemerintahan Mataram berada di Keraton Kartasura. Keraton Kartasura sendiri berada di Desa Krapyak Kecamatan Kartasura, Sukoharjo.
Keraton Kartasura didirikan oleh Amangkurat II sekitar tahun 1.600-an setelah meletusnya pemberontakan Trunajaya di Plered.
Ketika waktu itu beliau memindahkan Keraton Mataram dari Plered ke Wonokarto yang kemudian disebut Kartasura.
"Dulu sebelum di Kartasura itu Pemerintahan Mataram ada di Plered. Kemudian pindah ke Wonokerto (Kartasura)," ujar Keturunan ke 4 Paku Buwono (PB) X, KRMT Nuky Mahendranata Nagoro saat ditemui, Kamis (17/2/2022).
Beberapa puluh tahun Keraton Kartasura berdiri, mengalami pasang surut dengan terjadinya perang saudara. Pada tahun 1740 meletus geger pecinan di Batavia yang kemudian merembet ke Semarang dan Solo.
Pada tahun 1743 terjadi geger pecinan yang melanda Keraton Kartasura. Pada waktu itu sebenarnya Susuhunan Paku Buwono (PB) II mendukung pasukan-pasukan China yang dipimpin Kapiten Sepanjang.
"Karena mereka berpendapat ingin melawan VOC waktu itu dan ingin mengusir dari Mataram," kata dia.
Laskar Cina
Baca Juga: Viral Detik-Detik Wamenparekraf Pingsan, Sosok Ini Disorot: Ngakak tapi Kasihan
Setelah beberapa kali terjadi kekalahan pada peperangan tersebut. Belanda atau VOC kemudian mempolitisasi sebuah kekalahan tersebut dan mengatakan kepada PB II bahwa kalau kejadian ini terulang dan kalah maka bisa dipastikan Susuhunan akan diturunkan oleh VOC waktu itu.
"Kemudian PB II ada bujukan Patih Pringgoloyo takut dan berbalik arah melawan Laskar Cina. Selanjutnya laskar China yang disitu ada RM Galendri (Sunan Kuning), Kapiten Sepanjang, RM Said menyerang Keraton Kartasura dan berhasil mendudukinya," jelasnya yang juga pemerhati sejarah ini.
Saat Keraton Kartasura berhasil diduduki, PB II lari ke Ponorogo. Hanya berselang sekitar enam bulan, Keraton Kartasura berhasil diduduki kembali dengan bantuan Bupati Maduracakraningrat dan Belanda.
Setelah berhasil diduduki, keraton yang sudah layak untuk dihuni karena terjadi kerusakan. PB II kemudian memerintahkan punggawa dan orang-orang kepercayaannya untuk mencari tempat pengganti.
"Ada tiga alternatif tempat waktu itu. Ketiganya adalah Talawangi Kadipolo, Sonosewu Bekonang, dan Desa Sala," sambungnya.
Tapi lokasi-lokasi tersebut ada berbagai pertimbangan. Di Talawangi Kadipolo diramalkan akan berumur panjang tapi akan banyak pemberontakan.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Bedak Viva Terbaik untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- Mulai Hari Ini! Sembako dan Minyak Goreng Diskon hingga 25 Persen di Super Indo
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Sekelas Brio untuk Keluarga Kecil
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
Pilihan
-
Harga Emas Hari Ini di Pegadaian Kompak Stagnan, Tapi Antam Masih Belum Tersedia
-
Jokowi Takziah Wafatnya PB XIII, Ungkap Pesan Ini untuk Keluarga
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
Terkini
-
Jokowi Takziah Wafatnya PB XIII, Ungkap Pesan Ini untuk Keluarga
-
Wapres Gibran Takziah Wafatnya PB XIII, Ini Harapan Keluarga Keraron Solo
-
Kereta Jenazah PB XIII Dipersiapkan dan Dibersihkan, Ini Bentuknya
-
Gusti Moeng Akui Sempat Dapat Pertanda Sebelum PB XIII Wafat
-
Jenazah PB XIII Hangabehi Dimakamkan Rabu, Transit di Lodji Gandrung