Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Rabu, 08 September 2021 | 14:58 WIB
Jenazah napi, korban kebakaran Lapas Tangerang saat tiba di Rumah Sakit Polri, Kramatjati, Jaktim. (Suara.com/Welly Hidayat)

SuaraSurakarta.id - Kebakaran hebat melanda Lapas Tangerang, Rabu (8/9/2021) dini hari.

Akibatnya, sebanyak 41 napi tewas dan 80 luka-luka terdiri dari 8 luka berat dan 72 luka ringan. Termasuk dua warga negara asing dari Afrika Selatan dan Portugal turut menjadi korban.

Banyak pihak mendesak adanya pertanggung jawaban dari pihak terkait, termasuk agar Direktur Jenderal Pemasyarakatn (Dirjen Pas) Kemenkum HAM, Reynhard Silitonga mundur dari jabatannya.

“Kita bicara tentang nyawa manusia. Bubar jalan itu reformasi sistem pemasyarakatan bila kejadian seperti ini saja tidak bisa diantisipasi. Dirjen Pemasyarakatan harus bertanggung jawab. Mundur adalah cara ksatria” tegas juru bicara DPP PSI, Ariyo Bimmo, Rabu (8/9/2021).

Baca Juga: Wakil Ketua DPR Minta Insiden Kebakaran Lapas Tangerang Dievaluasi

Pakar kebijakan publik, Trubus Rahardiansyah menyebut desakan mundur menjadi bentuk pertanggung jawaban.

"Kalau saya setuju. Mengundurkan diri ini kan bentuk dari pertanggung jawaban. Akuntan publiknya di mana?," ungkap Trubus saat dihubungi.

"Jadi kalau muncul desakan mundur itu ya bagus juga. Karena selama ini ada kejadian di lapas tidak ada pertanggung jawaban," tegas dia.

Pria asal Purworejo itu memaparkan, tragedi memilukan itu tak lepas dari lemahnya pengawasan yang dilakukan pihak terkait.

Terlebih, Lapas Tangerang diketahui melebihi kapasitas hingga 400 persen, namun tidak ada solusi untuk mengurangi jumlah narapidana.

Baca Juga: Parah! Instalasi Listrik Lapas Tangerang Tak Terawat Hingga Kebakaran, 41 Napi Tewas

"Lapas itu kan over capacity, dipindahkan saja tho ke gedung-gedung pemerintah yang selama ini tidak dipakai. Dimaksimalkan dengan pengawasan yang lebih ketak," papar dosen Fakultas Hukum Universitas Trisakti Jakarta itu.

Trubus bahkan tak menampik kejadian terbakaranya Lapas Tangerang karena unsur kesengajaan.

"Itu terlihat dari alasan yang dipakai adalah konsleting listrik, seperti kebakaran di pemukiman pada umumnya. Ini kan lucu. Seharusnya lapas itu ada pengamanan dan pengawasan super ekstra," pungkas dia.

Load More