Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 24 Agustus 2021 | 14:32 WIB
Mobil dinas Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka terparkir di depan SMK Batik 2 Solo. [Suara.com/Ari Welianto]

SuaraSurakarta.id - Pembelajaran Tatap Muka (PTM) belum diizinkan di Kota Solo. Jika nekat, pastinya akan mendapat teguran langsung dari Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka. 

Usai SMK Batik 2 Solo batal menggelar PTM, kini SMP Al Irsyad dikabarkan nekat menggelar sekolah tatap muka.

Mendengar hal itu, Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, langsung menggelar inspeksi ke SMP Al Irsyad nekat melakukan pembelajaran tatap muka (PTM) di masa PPKM, pada Selasa (24/8/2021).

Tak sendirian, Gibran pun mengajak Kapolsek Pasar Kliwon untuk melakukan sidak ke SMP Al Irsyad. .

Baca Juga: PTM SMK Batik 2 Solo Batal Digelar, Yayasan Akhirnya Minta Maaf ke Gibran

Akankah Gibran akan memindah mobil dinasnya dari SMK Batik 2 Solo ke SMP Al Irsyad? 

“Lha isih ana sing ngeyel (masih ada yang nekat) mengadakan PTM. Mobil dinas sepertinya enggak diambil. Mau saya pindahkan,” kata Gibran dikutip dari Solopos.com Selasa (24/8/2021). 

Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, mengecek kondisi Galabo pada Senin (17/5/2021) sore. [Solopos/Kurniawan]

Meskipun demikian sampai saat ini mobil dinas Gibran terpantau belum dipindahkan dari SMk Batik 2 Surakarta ke SMP Al Irsyad.

Diberitakan sebelumnya, setelah Gibran melakukan sidak, tin dari Dinas Kesehatan Kota Solo langsung mendatangi lokasi untuk melakukan tes swab antigen Covid-19. Hal itu dilakukan sesuai perintah Gibran.

“Semua siswa dan guru saya minta diswab semua sebelum pulang,” kata Gibran. 

Baca Juga: SMK Batik 2 Solo Batalkan Rencana PTM: Gibran Parkirkan Mobil Dinas Hingga Teguran Ganjar

Diberitakan sebelumnya, aksi Gibran memarkirkan mobil dinasnya untuk mengawasi pelanggaran di masa pandemi bukan kali pertama terjadi.

Mobil dinas Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka terpakir dan ditinggal di kompleks permakaman umum Cemoro Kembar, Mojo, Pasar Kliwon, Solo. [Suara.com/Budi Kusumo]

Dia tercatat sudah tiga kali melakukan hal tersebut, yakni untuk mengawasi pungli di Gajahan, perusakan makam di Mojo, dan terakhir di SMK Batik 2 Solo.

Sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Nurhadi menyebut aksi Gibran adalah sebuah simbol pengawasan khusus.

“Kendaraan dinas itu bisa menjadi simbol dari penggunanya. Artinya, walaupun Mas Gibran nggak di situ, tetap akan diawasi secara khusus. Mungkin juga karena Mas Gibran masih muda, tidak enak jika langsung memarahi orang yang lebih tua, maka menggunakan simbol,” kata Nurhadi saat dihubungi detikcom, Senin (23/8/2021).

Load More