Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Kamis, 12 Agustus 2021 | 10:13 WIB
Ilustrasi vaksin COVID-19. (unsplash/@dimitrihou)

SuaraSurakarta.id - Tidak mudah untuk bisa mendapatkan suntikan vaksin Covid-19. Padahal di masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) ini sertifikat vaksin menjadi syarat untuk melakukan kegiatan di luar rumah. 

Namun ternyata dibalik kebijakan penggunaan sertifikat vaksin itu, untukmendapatkan vaksinasi Covid-19 bagi sebagian orang menjadi perjuangan berat.

Ketersediaan vaksin di Jawa Tengah misalnya. Masih sangat terbatas, sementara minat masyarakat untuk mendapatkan perlindungan dari virus corona cukup tinggi.

Menyadur dari Solopos.com, perempuan asal Wonogiri, Tuti Yuniarti, 27, baru-baru ini sibuk mengutak-atik telepon pintar miliknya. Pandangannya tertuju pada laman vaksin gratis di website Rumah Sakit (RS) PKU Muhammadiyah Karanganyar.

Baca Juga: Desa Warga Suku Tengger di Probolinggo ini Tuntas Vaksinasi COVID-19

Ilustrasi sertifikat vaksin. [Ist]

Pendaftaran peserta vaksinasi baru dimulai pukul 08.00 WIB, namun dia standby hampir setengah jam sebelumnya.

Tak berapa lama ada tanda pendaftaran dibuka. Tanpa menunggu lama, penghobi jalan-jalan langsung mengisi data diri yang diperlukan. Selesai semuanya, ia langsung klik submit data.

Beberapa detik kemudian mukanya masam. Kurang beruntung, Tuti ditolak karena kuota 2.500 penerima vaksin sudah terpenuhi.

“Padahal enggak ada tiga menit ini lho ngisi datanya. Kok bisa habis lagi,” keluhnya.

Itu bukan kali pertama Tuti harus menelan pil pahit ditolak mendaftar vaksin karena kuota penuh. Tak terhitung sudah berapa kali dia wira-wiri berselancar di Internet untuk mendaftar vaksinasi gratis, maupun mencari secara langsung ke sejumlah pusat vaksinasi gratis.

Baca Juga: Polda Jatim Beri Kado Ulang Tahun Ribuan Vaksin untuk Aremania

Ilustrasi Vaksin Gotong Royong. (Dok: Mayora Group)

Bahkan Tuti pernah mencoba trik dengan membeli tiket Kereta Api (KA) jarak jauh demi mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 di stasiun.

Awalnya Kereta Api Indonesia (KAI) memang menyediakan layanan vaksin dosis pertama bagi penumpang jarak jauh sejak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat. Namun sekarang aturannya diubah, yakni khusus vaksin dosis kedua.

Semangat Tuti mencari jatah vaksin bukanlah tanpa alasan. Selain demi menjaga kondisi tubuh di tengah meningkatnya Covid-19, juga demi memenuhi syarat seleksi daftar kerja.

“Perusahaan yang aku daftar mewajibkan vaksin, sementara nyarinya susah juga. Vaksin yang deket rumah juga masih khusus lanjut usia [lansia]. Kan bingung juga,” gumamnya.

Pekerja swasta asal Jawa Timur, Wahyono, 28, juga tak kalah repot. Perusahaannya meminta semua karyawan segera mendaftarkan vaksin. Awalnya ia mencoba cari vaksin di puskesmas deket rumah, namun tak diakomodasi karena belum ada jatah untuk warga usia 18 tahun ke atas.

Wahyono akhirnya berburu ke sejumlah pusat vaksinasi Solo. “Susahnya kalau KTP umum ya gini. Sekali daftar, langsung habis kuota. Kalau KTP Solo masih agak mending, kuotanya banyak banget. Yang ngadain juga banyak,” kata dia, beberapa waktu lalu.

Load More