SuaraSurakarta.id - Menurut orang jawa menikah di bulan suro atau sura akan memunculkan malapetaka atau akan berakhir sial. Maka pernikahan di bulan tersebut dilarang.
Lalu bagaimana sebenarnya soal larangan menikah di bulan Suro atau Sura menurut Islam?
Menyadur dari Solopos.com, terdapat mitos yang begitu melekat di masyarakat mengenai larangan menikah di bulan Sura atau Muharram. Adapun yang menyebut jika melanggar larangan tersebut akan sial.
Dan hal ini masih dipercaya oleh sebagian masyarakat di Indonesia, khususnya di Jawa, salah satunya di Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Baca Juga: Jelang 1 Muharram 1443 H, Ini Bacaan Latin Doa Akhir Tahun Hijriah
Dalam sebuah penelitan skripsi yang berjudul Adat Larangan Menikah di Bulan Suro dalam Prespektif URF dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, kepercayaan tersebut juga dipegang tegun oleh masyarakat Desa Wonorejo, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang.
Pasalnya, masyarakat percaya bulan Sura memiliki makna filosofis yang mendalam. Beberapa di antaranya, terjadi peristiwa-peristiwa agung, seperti pembantaian terhadap 72 anak keturunan Nabi dan pengikutnya.
Sehingga hal ini menumbuhkan rasa haru dan sungkan untuk menyelenggarakan pernikahan atau sebuah hajatan di bulan Muharram.
Larangan Menikah di Bulan Suro Menurut Islam
Lalu, bagaimana mengenai mitos larangan menikah di bulan Suro menurut Islam?
Baca Juga: Kelewat Cetar, Penampilan Wanita Ini di Acara Pernikahan Anak Jadi Omongan
Dikutip dari situs konsultasi agama, Konsultasisyariah.com, pengajar di Ponpes Hamalatul Qur’an Yogyakarta, Ustaz Ahmad Anshori menyebut larangan tersebut tidak benar.
Ia berpendapat Muharram merupakan salah satu dari empat bulan suci dalam Islam.
“Sesungguhnya waktu berputar ini sebagaimana ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan. Diantara dua belas bulan itu, ada empat bulan suci (Syahrul Haram). Tiga bulan berurutan: Dzul Qo’dah, Dzulhijjah, dan Muharram, kemudian bulan Rajab suku Mudhar; antara Jumadi tsaniah dan Syaban.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Selain itu, Muharram juga dipercaya merupakan bulannya Allah. “Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah Muharram”. (HR. Muslim 1163)
Sehingga dari beberapa hadis di atas, Ustaz Ahmad Anshori menegaskan larangan menikah di bulan Suro menurut Islam adalah tidak benar.
Berita Terkait
-
5 Fakta Pernikahan Ayus dan Nissa Sabyan, Maharnya Cuma Segini
-
Publik Lupa Kasus: Potret sebelum Nikah dari Nissa Sabyan Bersama Vespa Mahal Tuai Pujian Setinggi Langit
-
Nissa Sabyan 'Cuma' Dapat Mahar Emas 3 Gram dan Uang Rp200 Ribu dari Ayus, Berapa Tarif Manggung Sabyan Gambus?
-
Kapan Tanggal Pernikahan Nissa Sabyan dan Ayus? Maharnya Emas 3 Gram serta Uang Rp200 Ribu
-
Standar Nikah Muda dan Mengapa Angka Perceraian Semakin Tinggi?
Terpopuler
- Dicoret Shin Tae-yong 2 Kali dari Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Sebenarnya Saya...
- Momen Suporter Arab Saudi Heran Lihat Fans Timnas Indonesia Salat di SUGBK
- Elkan Baggott: Hanya Ada Satu Keputusan yang Akan Terjadi
- Elkan Baggott: Pesan Saya Bersabarlah Kalau Timnas Indonesia Mau....
- Kekayaan AM Hendropriyono Mertua Andika Perkasa, Hartanya Diwariskan ke Menantu
Pilihan
-
Dua Juara Liga Champions Plus 5 Klub Eropa Berlomba Rekrut Mees Hilgers
-
5 Rekomendasi HP Infinix Sejutaan dengan Baterai 5.000 mAh dan Memori 128 GB Terbaik November 2024
-
Kenapa KoinWorks Bisa Berikan Pinjaman Kepada Satu Orang dengan 279 KTP Palsu?
-
Tol Akses IKN Difungsionalkan Mei 2025, Belum Dikenakan Tarif
-
PHK Meledak, Klaim BPJS Ketenagakerjaan Tembus Rp 289 Miliar
Terkini
-
Cerita Bahlil Lahadalia Kesengsem dengan Kuliner Soto Fatimah: Rasa Khasnya Paten
-
Kampanye di Sragen, Bahlil Lahadalia Sebut Ahmad Luthfi Punya Jaringan Pusat
-
Tok! Terdakwa Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga Boyolali Divonis Seumur Hidup
-
Blusukan Bareng Respati-Astrid di Proyek Rel Layang Joglo, Jokowi Titip Pesan Ini
-
Jokowi Tanggapi Putusan Bawaslu Soal Prabowo Dukung Ahmad Luthfi-Taj Yasin