Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Jum'at, 28 Mei 2021 | 09:46 WIB
Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie mengunjungi Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo di Kota Semarang, Selasa (25/5/2021). [Dok Pemprov Jateng]

SuaraSurakarta.id - Walau pemilihan presiden masih tiga tahun lagi, namun wacana siapa bakal calon presiden (capres) 2024 sudah ramai diperbincangkan publik. Khususnya di media sosial, sudah banyak nama-nama yang diprediksi bakal meramaikan bursa capres mendatang.

Salah satunya mencuat kabar Anies Baswedan akan dipinang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Sedangkan Ganjar Pranowo akan berlabuh ke Partai Keadilan Sosial (PKS) untuk bertarung memperebutkan kursi panas bursa capres. Entah siapa yang pertama menyebarkannya, namun kabar itu akhir-akhir ini sedang mengemuka di media sosial.

Meski terdengar kurang masuk akal, kabar tersebut bisa saja terjadi. Mengingat perkembangan politik dalam beberapa tahun terakhir begitu dinamis. Hal ini juga diperkuat oleh Pengamat Politik Universitas Indonesia (UI), Ade Armando menuturkan dinamika politik Indonesia saat ini bersifat cair dan pragmatis.

"Kalau PKS mengajukan nama Ganjar Pranowo dan PDIP mengajukan Anies Baswedan sebagai Capres 2024, siapa yang akan anda pilih?," kata Ade Armando dikutip dari channel Youtube CokroTV, Kamis (27/05/2021).

Baca Juga: Sebut TGUPP Anies Lebih Banyak Mudarat, Ketua DPRD DKI: Era Jokowi-Ahok Lebih Baik

"Pertanyaan ini mengemuka beberapa hari terakhir di media sosial. Entah siapa yang pertama menyebarkannya. Tapi ini adalah sebuah pertanyaan yang menarik," lanjut Ade.

Lalu Ade Armando membagikan hasil survei Saiful Mujani Research Consulting mengenai calon terkuat pada bursa capres nanti. Meski Ganjar Pranowo masih terkuat, namun baru-baru ini Gubernur Jawa Tengah tersebut tak disenangi petinggi partai banteng.

"Saat ini popularitas Ganjar Pranowo sedang terus menanjak saat ini sudah mencapai angka 21,6%, sedangkan dukungan pesaing terdekatnya cukup jauh yakni Anies Baswedan. Suara Anies saat ini hanya 16%, Prabowo hanya 14%, Ridawal Kamil hanya 10% dan Bu Risma 7%," jelasnya.

Meski elektabilitas Ganjar tertinggi, tapi akan sulit baginya diusung PDIP untuk capres 2024 mendatang. Pasalnya petinggi PDIP telah secara terang-terangan tidak menyukai orang nomor satu di Jawa Tengah (Jateng) itu.

"PDIP tidak happy dengan Ganjar. Saya sudah lama mendengar, bahwa banyak orang PDIP tidak mendukung Ganjar. Sebagaimana pada 2014, banyak orang PDIP yang tidak suka juga dengan Jokowi. Saya tidak cukup mengenal PDIP untuk menjelaskan alasan ketidaksukaan mereka. Tapi yang jelas, mereka termasuk partai elite yang tidak suka dengan Ganjar," tambah Ade.

Baca Juga: Pemprov DKI Dapat Nilai E dari Kemenkes soal Kualitas Pengendalian Covid-19

Ade pun menjelaskan bukti PDIP tidak suka pada Gubernur Jateng yakni tak diundangnya Ganjar di acara pengarahan kader PDIP di Panti Marhaen Kota Semarang belum lama ini. Padahal seluruh kepala daerah yang merupakan kader partai banteng di wilayah tersebut diundang.

"Itu semua kode keras, bahwa PDIP tidak akan mendukung Ganjar ke kursi kepresidenan 2024. Karena itulah muncul dugaan PDIP akan mengajukan duet Prabowo-Puan atau Anies-Puan," ujarnya.

Jika keluar dari PDIP, maka PKS diyakini akan menjadi tempat pelabuhan Ganjar berikutnya. Memang sejauh ini hubungan PKS dengan Ganjar tak harmonis, bahkan saling bersebrangan. Namun hal itu bisa saja terjadi di dunia politik.

"Tapi bagaimana jika dengan alasan strategis, PKS justru mendukung Ganjar, karena mereka sadar, bahwa peluang Ganjar memang jauh diatas peluang Prabowo atau Anies," ungkapnya.

Jika hal tersebut terjadi, maka dinamika perpolitikan nasional bisa berubah total. Sebagai langkah pragmatis, PDIP berpeluang besar menggandeng Anies Baswedan dan menduetkannya dengan Puan Maharani.

"Duet ini merupakan langkah pragmatis PDIP semata. Diduga Bu Mega bersikeras membawa putrinya ke tampuk kepresidenan. Namun persoalannya suara dukungan untuk Puan masih terlalu kecil. Jadi bisa dibilang Puan tidak akan punya harapan untuk maju sebagai capres, karena itu target diturunkan, kalaupun ngga jadi presiden. Wapres pun jadi," tegasnya.

Kontributor : Fitroh Nurikhsan

Load More