SuaraSurakarta.id - Pulau Jawa ternyata kondisinya sudah rapuh dan renta. Bagian bawah permukaan Bumi Pulau Jawa. Menurutnya pada kedalaman 100 km terdapat banyak rongga dan rekahan yang lebar.
Hal itu disampaikan Ir Tukimin Wisanggeni, Javanologi yang menjadi petualang metafisik. Menurutnya rongga itu terisi berbagai jenis partikel cair berbagai partikel cair maupun semi padat dengan daya kekuatan yang saling menarik dan menekan yang sangat kuat.
Tukimin Wisanggeni menyebut Jawa adalah pulau tua yang dulu menyatu dengah Sumatra. Jawa sebelumnya merupakan bagian dari benua atlantis yang telah tenggelam. Peristiwa itu karena proses evolusi alam dengan segala masalah kondisi fisik maupun metafisik.
Kini Pulau Jawa yang sudah tua dan renta mendapat pertolongan dari kekuatan spirit jiwa manusia agung yang tinggal disana. Selain itu juga karena kekuatan energi agung metafisik yangs setia mengabdi dan makarti untuk keseimbangan ekosistem kehidupan alam kecil (mikro kosmos).
Baca Juga: Lengkap! Ini 16 Titik Cegat Pemudik se-Banten, Pemudik Mesti Tau
Tetapi kondisi Pulau Jawa yang rapuh tidak didukung oleh kekuatan dan energi jiwa kasih bahkan telah sibuk membangun budaya konflik hampir disemua sektor kehidupan.
“Dalam kehidupan telah diwarnai dengan berbagai bentuk pertentangan dan pertikaian yang dipelopori para pemimpin bangsa,”tegas Tukimin, seperti dilansir Solopos.com, Jumat (14/5/2021).
Alam yang telah tua dan rapuh sangat bergantung pada manusia. Struktur alam yang tampak perkasa ternyata tak berdaya menopang dirinya tanpa dukungan spirit yang tulus dari manusia yang tumbuh di atasnya.
Padahal manusia telah mengambil intisari energinya menjadi tubuh fisik manusia yang terus berkembang menyatu bersinergi dengan kekuatan serta energi ruh dan jiwanya.
Maka alam akan hancur berantakan melalui proses bencana alam seperti gempa bumi, dan meledaknya gunung berapi. Ketidaktahuan manusia berbuat kesalahan dan bertentangan dengan hukum alam juga menimbulkan bencana antara lain keluarnya lumpur panas di Porong. Serta muncul banyak jenis bibit penyakit yang mematikan.
Baca Juga: Awas! Kemungkinan Gempa Dahsyat 8,7 SR di Jawa dan Berpotensi Tsunami
Berita Terkait
-
Patahan Baribis - Kendeng Ancam Jakarta, BRIN Gelar Ekspedisi Sesar Aktif Jawa
-
Prabowo-Gibran Kuasai Jawa, Kandang Banteng Kini tak Lagi Angker
-
Inovatif, Damri Layani Rute Timur Pulau Jawa
-
90 Persen Anak di Pulau Jawa Terpapar Timbal, Apa Penyebabnya?
-
Elektabilitasnya di Pulau Jawa Merosot, Ganjar Klaim Punya Survei Internal Lebih Akurat: Informasi Itu Tidak Benar
Terpopuler
- Keponakan Megawati jadi Tersangka Kasus Judol Komdigi, PDIP: Kasus Alwin Jabarti Kiemas Contoh Nyata Politisasi Hukum
- Ngaku SMA di Singapura, Cuitan Lawas Chilli Pari Sebut Gibran Cuma SMA di Solo: Itulah Fufufafa..
- Hukum Tiup Lilin Dalam Islam, Teganya Geni Faruk Langsung Padamkan Lilin Ultah saat Akan Ditiup Ameena
- Kevin Diks: Itu Adalah Ide yang Buruk...
- Sebut Jakarta Bakal Kembali Dipimpin PDIP, Rocky Gerung: Jokowi Dibuat Tak Berdaya
Pilihan
-
Mahasiswa Universitas Lampung Ajak Warga Gotong Royong Peduli Lingkungan
-
Jangan Lewatkan! Amalan Malam Jumat untuk Perlindungan dari Fitnah Dajjal
-
Setelah Pilkada, Harga Emas Antam Meroket Jadi Rp1.513.000/Gram
-
Mempelajari Efektivitas Template Braille pada Pesta Demokrasi
-
Ingat! Penurunan Harga Tiket Pesawat Domestik 10 Persen Hanya Berlaku Hingga 3 Januari
Terkini
-
Astrid Widayani Ciptakan Sejarah, Wakil Wali Kota Solo Perempuan Pertama
-
Quick Count Pilkada Sukoharjo: Petahana vs Kotak Kosong Siapa yang Menang? Ini Hasilnya
-
Karutan Solo Apresiasi Antusiasme Warga Binaan dalam Pilkada Serentak 2024
-
Hentikan Dominasi PDIP, Respati Ardi-Astrid Widayani Segera Cetak Sejarah di Pilkada Solo
-
Hasil Hitung Cepat: Respati Ardi-Astrid Widayani Menangi Pilkada Solo 2024