SuaraSurakarta.id - Kasus bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan dan upaya penyerangan Mabes Polri beberapa waktu lalu mengungkapkan beberapa fakta baru.
Salah satu yang menjadi sorotan adalah dua peristiwa itu melibatkan generasi milenial. Sebut saja ZA (25) pelaku penyerangan Mabes Polri dan L pelaku bom berusia 26 tahun.
Kondisi itu menjadi catatan tersendiri dari berbagai pihak, termasuk mantan narapidana terorisme (napiter), Joko Suroso atau yang akrab disapa Joko Padang.
Dalam acara Ngabuburit dan Silaturahmi antara PWI Surakarta, Polda Jateng, dan Yayasan Gema Salam di Adhiwangsa Hotel Solo, Senin (3/4/2021), Joko menilai diperlukan peran orang yang cukup besar sebagai pencegahan. Menurutnya, idealisme kaum milenial cukup tinggi dan akan diperjuangkan hingga tercapai, termasuk jika masuk dalam paham terorisme.
"Apalagi jika dikaitkan dengan sentimen agama, maka sangat muda sekali untuk dimasuki," ungkap Joko dalam diskusi dengan tema Membendung Radikalisme di Kalangan Anak Muda tersebut.
Dia memaparkan, orang tua wajib memperhatikan berbagai aktivitas anak mulai pergaulan, sekolah, hingga tempat ibadah. Mengingat, lanjut dia, semua anak bisa menjadi sasaran.
"Semua anak bisa jadi sasaran. Tidak harus itu orang Muhammadiyah maupun NU. Siapa saja bisa direkrut," tegasnya.
"Jika ada semangat dan momentum yang tepat, misalnya isu ketidakadilan dan penindasan, maka semakin mudah untuk masuk," tambah sosok yang pernah masuk jaringan teroris Noordin M Top dan Dr Azhari tersebut.
Lalu bagaimana cata membendungnya? Joko tak memungkiri butuh waktu lama dan tidak bisa secara instan. Orang tua harus bisa mengarahkan anak untuk memilih komunitas pergaulan.
Baca Juga: Komnas HAM: Penyematan Teroris ke KKB Perpanjang Siklus Kekerasan di Papua
"Seperti anaknya menghadiri diskusi kok mengarahnya semakin keras dan orang tua tidak didengarkan, nah itu ada indikasi. Ini harus diperhatikan," paparnya.
Direktur Amir Machmud Center (AMC), Dr Amir Machmud juga tak menampik jika radikalisme sudah masuk semua kalangan, mulai ASN, pelajar, mahasiswa, anak hingga polisi.
"Paham radikalisme ini masuk ke beberapa level kalangan. Jangan sampai kita biarkan, karena radikalisme tidak akan hilang mengingat ini adalah ideologi," ujar Amir.
Sementara itu, Dirintelkam Polda Jateng, Kombes Pol Djati Wiyoto Abadhy mewakili Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi mengapresiasi kegiatan silaturahmi tersebut.
Menurutnya, diperlukan sinergitas antarpihak dan stakeholder untuk membendung radikalisme dan terorisme di Tanah Air.
"Tugas polri tidak hanya penegaskan hukum saja, namun juga membangun sinergitas untuk membendung terorisme. Butuh dukungan semua pihak. Mudah-mudahan dengan kegiatan ini setidaknya kita bisa berbuat ke negara untuk memerangi radikalisme dan terorisme," ujar Djati.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Bukan Sekadar Angka: Mengapa Gerakan Ayah Mengambil Rapor Anak Ke Sekolah Adalah Investasi?
-
7 Tempat Wisata di Sragen yang Cocok Dikunjungi Saat Libur Akhir Tahun 2025
-
Teguh Prakosa Benarkan FX Rudi Mundur dari Plt Ketua DPD PDIP Jateng
-
Drama Politik Jateng: Beredar Surat Pengunduran Diri FX Hadi Rudyatmo dari Plt Ketua DPD PDIP!
-
Perkuat Komitmen Kesejahteraan Mitra Driver, GoTo Luncurkan Platform Bursa Kerja Mitra Gojek