Karena mengikuti rukyat global yang dilakukan dibeberapa negara, seperti Arab Saudi.
"Ditetapkannya satu Syawal hari sesuai rukyat global. Kita ingin mencontoh Nabi, karena Nabi bilang, memulai puasa dan berbuka dengan hilal. Sedang saudari kita di yang lain, di Saudi sudah terlihat hilal,” papar dia.
Meski ada perbedaan tapi itu tidak menjadi persoalan.
"Jadi karena kita, saudara dan kita rukyat global kita ikut saja. Mengenai perbedaan sesuatu yang mungkin sekali, kalau Muhammadiyah menggunakan hisabnya, kemudian mayoritas pemerintah menggunakan rukyat lokal, maka begitu juga kemudian ini jarang dipakai karena ada batas negara,“ tandasnya.
Baca Juga:Dilepas Ahmad Luthfi, Pemudik Asal Klaten Girang: Mengurangi Beban Kita
Tradisi mengenakan pakaian bersih, berhias hingga memakai wangi-wangian sering dilakukan seorang Muslim saat perayaan Idul Fitri.
Langkah ini menjadi salah satu adab selain membersihkan hati dan melapangkan pintu maaf antar sesama.
Berpenampilan rapi dan bersih saat salat Id bukanlah perkara kemewahan, melainkan niat untuk memuliakan hari kemenangan.
Hal tersebut juga mencerminkan suka cita, penghormatan terhadap hari raya, dan penghargaan atas nikmat yang telah Allah berikan.
Baik laki-laki maupun perempuan dianjurkan memakai pakaian terbaik yang dimiliki, tentu saja tidak harus mahal, tetapi bersih dan pantas. Intinya tidak berlebihan.
Baca Juga:Tinjau Posko Mudik, Wali Kota Solo Tekankan Fasilitas Kesehatan hingga Logistik Tersedia
Teladan ini langsung datang dari Rasulullah SAW, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Asy-Syafi’i:
"Diriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad dari ayahnya dari kakeknya, bahwa Nabi SAW selalu memakai wool (burda) bercorak (buatan Yaman) pada setiap ‘Id." (HR. Asy-Syafi’i).
Kontributor : Ari Welianto