Fakta Sejarah Gerbong Jenazah Pakubuwono X, yang Dipesan Khusus dari Belanda Kini Jadi Tempat Tidur Gelandangan

Siapa yang tak kenal dengan kebesaran sosok raja Kasunanan Surakarta, Sri Susuhunan Pakubuwono X, satu-satunya raja yang telah mempersiapkan prosesi kematiannya sendiri

Budi Arista Romadhoni
Senin, 20 November 2023 | 07:54 WIB
Fakta Sejarah Gerbong Jenazah Pakubuwono X, yang Dipesan Khusus dari Belanda Kini Jadi Tempat Tidur Gelandangan
Gerbong Jenazah milik Keraton Kasunanan Surakarta di Alun-alun kidul. [Suara.com/Ari Welianto]

SuaraSurakarta.id - Siapa yang tak kenal dengan kebesaran sosok raja Kasunanan Surakarta, Sri Susuhunan Pakubuwono X, satu-satunya raja yang telah mempersiapkan prosesi kematiannya sendiri. Ia melakukannya dengan menyiapkan gerbong kereta khusus pengantar jenazah ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Tak heran jika ia mempersiapkan kereta tersebut, karena Pakubuwono X memang menjadi pencetus pembangunan infrastruktur modern di wilayah Surakarta pada masa itu. Raja yang dikenal sangat visioner ini bahkan merupakan pemilik mobil pertama di Indonesia.

Gerbong kereta api yang kini teronggok di Alun-Alun Selatan, Surakarta itu hanya difungsikan sekali, yakni pada wafatnya Pakubuwono X. Namun, tempat penyimpanan gerbong jenazah tersebut kini tak jarang digunakan sebagai tempat tidur oleh gelandangan.

Sejarah Gerbong Jenazah di Alun-Alun Selatan Surakarta

Baca Juga:Dipakai 3 Capres, Batik Parang Keraton Kasunanan Surakarta Punya Makna Tepat untuk Pilpres 2024

Gerbong jenazah yang dibuat pada tahun 1914 itu sebenarnya sempat teronggok di Yogyakarta setelah digunakan untuk mengantarkan jenazah Pakubuwono X. Sri Susuhunan Pakubuwono X sendiri mulai bertahta pada tahun 1893.

Pakubuwono X merupakan raja Kasunanan Surakarta yang memerintah paling lama dan dikenal visioner dalam memandang transformasi kehidupan modern. Karena itu, selama masa pemerintahannya, sejak tahun 1893 – 1939, ia banyak membangun infrastruktur di wilayah Surakarta.

Beberapa infrastruktur yang dibangun oleh Pakubuwono X adalah Pasar Gede yang hingga saat ini menjadi pusat transaksi warga Surakarta. Pakubuwono X juga memabangun Jembatan Jurug di atas Bengawan Solo yang menghubungkan Kota Surakarta dengan Kabupaten Karanganyar.

Selain itu, raja terlama di Kasunanan Surakarta ini juga membangun berbagai fasilitas yang lain, termasuk sekolah, rumah sakit, stadion Sriwedari, taman Sriwedari dan infrastruktur lain. Ia juga sangat visioner dalam membangun sarana transportasi umum.

Karena ambisinya itu, tak heran, Pakubuwono X menjadi raja pertama di Indonesia yang memiliki mobil, yakni pada tahun 1894. Ia membeli mobil Benz Victoria Phaeton buatan Karl Benz dari Jerman. Bahkan, ia juga membangun dua stasiun kereta api di Solo, salah satunya stasiun Jebres.

Baca Juga:Konflik Memanas Lagi, Gibran Buka Suara Terkait Nasib Revitalisasi Keraton Solo

Pengelolaan transportasi umum berbasis rel ini bekerja sama dengan perusahaan kereta api Hindia Belanda. Tak hanya itu, Pakubuwono X juga memesan dua gerbong kereta khusus dari perusahaan kereta api di Belanda, yakni Gerbong Pesiar dan Gerbong Khusus Jenazah.

Antusiasnya yang luar biasa pada perkembangan transportasi itulah yang membuat Pakubuwono X bercita-cita untuk membawa jenazahnya dengan kereta api. Gerbong jenazah itu telah dipesan olehnya sejak tahun 1909 yang kemudian baru jadi setahun setelahnya.

Gerbong jenazah itu dibawa langsung oleh Maskapai Kereta Api Hindia Belanda ke Semarang pada tahun 1915. Setelah 46 tahun bertahta, pada tanggal 22 Februari 1939, Pakubuwono X wafat, dan untuk pertama kalinya gerbong kereta jenazah itu digunakan.

Pada saat itu, gerbong kereta jenazah tersebut diberangkatkan dari Stasiun Balapan pada jalur 5 menuju stasiun Yogyakarta. Setelah turun dari stasiun, jenazah Pakubuwono dibawa ke makam raja-raja Mataram di daerah Imogiri menggunakan kereta kuda.

Itulah kali pertama dan terakhir gerbong tersebut difungsikan. Karena tak digunakan lagi, gerbong kereta jenazah itu dibiarkan berada di Balai Yasa Yogyakarta dan teronggok di tempat tersebut selama bertahun-tahun.

Baru pada tahun 1997, gerbong jenazah bersejarah itu dipindahkan ke Surakarta. Pada proses restorasi tersebut, lebar roda kereta jenazah tersebut diubah menjadi lebih kecil agar bisa melintasi jalur rel kereta dari Yogyakarta ke Surakarta.

Gerbong jenazah yang berada di Alun-Alun Selatan Surakarta itu tidak bisa dibuka sembarangan. Para pengunjung hanya bisa mengintip dari balik gorden jendela di gerbong tersebut. Gerbong tersebut memiliki tatakan khusus untuk meletakkan peti jenazah dan beberapa kursi untuk keluarga pengantar jenazah.  

Kontributor : Dinnatul Lailiyah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak