TGB: Politik Identitas untuk Singkirkan Lawan Politik Harus Kita Jauhkan

"Dapat juga identitas lahir karena kerja sosial atau juga dari pendidikan sampai latar belakang profesi itu semua identitas," ujarnya.

Siswanto
Selasa, 15 November 2022 | 16:14 WIB
TGB: Politik Identitas untuk Singkirkan Lawan Politik Harus Kita Jauhkan
Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi (Suara.com/Muhammad Yasir)

SuaraSurakarta.id - Ketua Organisasi Internasional Alumni Al Azhar Indonesia Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi menyatakan politik identitas untuk menyingkirkan lawan politik tidak boleh ada di Indonesia.

"Orang berbeda kemudian dituduh munafik, antek-antek kafir dan bermacam-macam. Politik identitas dalam makna primordial untuk menyingkirkan lawan politik harus kita jauhkan, tidak boleh ada di Indonesia," katanya dalam keterangan pers, baru-baru ini.

Mengenai politik identitas, kata TGB, semua individu lahir dengan sederet identitas yang given. Mulai jenis kelamin, ras, bahkan juga agama. Misalnya orang tua beragama A, kemudian anaknya mengikuti beragama A.

"Dapat juga identitas lahir karena kerja sosial atau juga dari pendidikan sampai latar belakang profesi itu semua identitas," ujarnya.

Baca Juga:Tangkal Politik Identitas dan Isu Sara Jelang 2024, HMI Jawa Barat Gelar FGD

Mantan Gubernur NTB dua periode mengatakan yang menjadi masalah ketika berpolitik praktis, tak sedikit orang yang mengejar kemenangan dengan mengeksploitasi identitas dalam konteks yang negatif.

"Misalnya, memobilisasi dukungan mengatasnamakan gagasannya yang paling valid dari sisi agama, sehingga yang berbeda dianggap bertentangan dengan agama," ucap TGB.

Dia mengatakan ketika politik identitas dibiarkan, itu akan seperti kotak pandora. Saat dibuka, maka semua orang akan menggunakan politik identitas itu dan meminggirkan orang lain yang berbeda.

Di Indonesia sendiri, kata TGB, tidak semua daerah memiliki preferensi yang sama. Ada satu daerah yang mayoritasnya umat Muslim, ada pula daerah lain mayoritas umat Kristiani, dan ada juga yang mayoritas umat Hindu.

"Maka ketika politik identitas digunakan untuk melabeli lawan politik atau menihilkan lawan politik ini dibiarkan, kita bisa hancur lebur sebagai bangsa," katanya.

Baca Juga:Wanti-wanti Kerawanan Politik Identitas, Boni Hargens: Peran Oligarki Bertransformasi Pasca Orde Baru

Sebaliknya, kata cucu Pahlawan Nasional TGKH Mumahmmad Zainuddin Abdul Madjid ini, ketika sumber primordial digunakan untuk mencari kemuliaan dalam berpolitik, misalnya di dalam Islam ada nilai keadilan atau pemihakan kepada orang lemah. Kemudian ada langkah afirmatif untuk orang terpinggirkan. Bila nilai itu digunakan dalam politik tentu bagus.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini