Waduh! Studi Ini Sebut Pandemi Covid-19 Ubah Pengalaman Bermimpi dan Kesehatan Mental

Hasil survei, pandemi ternyata bisa mengubah pengalaman bermimpi 45 persen orang

Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 30 Juli 2022 | 06:05 WIB
Waduh! Studi Ini Sebut Pandemi Covid-19 Ubah Pengalaman Bermimpi dan Kesehatan Mental
Ilustrasi Mimpi Buruk. Hasil survei, pandemi ternyata bisa mengubah pengalaman bermimpi 45 persen orang (Pixabay.com)

SuaraSurakarta.id - Studi baru bertajuk "Journal of Sleep Research" dari Monash's Turner Institute for Brain and Mental Health, menunjukkan bahwa pandemi mengubah pengalaman bermimpi 45 persen orang dalam survei tersebut.

"Banyak yang melaporkan mengalami lebih banyak mimpi dan mimpi buruk daripada biasanya pada tahap awal pandemi COVID-19. Mimpi-mimpi ini dijelaskan dalam definisi tinggi – lebih hidup dan berwarna dari biasanya, dengan peningkatan kejernihan visual – tetapi sering kali memiliki perubahan yang aneh," kata peneliti utama, dosen dan psikolog di Monash's Turner Institute Dr. Melinda Jackson, dikutip dari ANTARA Jumat (29/7/2022).

Lebih lanjut, Dr. Jackson mengatakan "mimpi pandemi" ini memiliki "valensi" atau nada yang lebih negatif, dengan peserta melaporkan lebih banyak mimpi buruk, memimpikan skenario menakutkan atau mengancam seperti perang dan bencana.

"Ada 'tema bertahan hidup' yang nyata untuk mimpi pandemi," kata Hailey Meaklim, psikolog dan kandidat PhD yang memimpin studi dengan Dr. Jackson.

Baca Juga:Penanganan Kasus HIV-AIDS di Dunia Menurun Selama Pandemi Covid-19, Jutaan Nyawa Terancam

Hubungan antara kurang tidur dan mimpi

Tidak semua orang yang disurvei mengalami tingkat perubahan mimpi yang sama. Para peneliti menemukan orang yang mengalami kesulitan tidur – dengan insomnia – lebih mungkin melaporkan perubahan mimpi daripada individu yang terus tidur nyenyak selama pandemi.

Secara khusus, orang yang mengalami insomnia selama pandemi memiliki proporsi perubahan mimpi tertinggi (55 persen), dibandingkan dengan mereka yang memiliki insomnia sebelumnya (45 persen), atau mereka yang tidur dengan baik (36 persen).

Para peneliti menggunakan analisis Linguistic Inquiry Word Count untuk membandingkan bahasa yang digunakan oleh partisipan untuk menggambarkan mimpi mereka. Peserta dengan insomnia menggunakan kata-kata negatif secara signifikan lebih untuk menggambarkan perubahan mimpi mereka daripada orang-orang yang tidur nyenyak.

"Secara keseluruhan, penderita insomnia, ketika akhirnya tertidur, memiliki mimpi yang lebih negatif dan menakutkan daripada orang yang tidur nyenyak," kata Meaklim.

Baca Juga:Wow! Tren Wirausaha Baru di Masa Pandemi, Generasi Milenial Mendominasi

Mengapa pandemi menyebabkan perubahan dalam aktivitas mimpi?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini