Awas! Anak Kecanduan Gadget Bisa Pengaruhi Mental, Ini Penjelasan Psikolog

Kecanduan gadget (gawai) pada anak bisa memengaruhi bahkan menyebabkan gangguan mental jika tak segera diatasi

Budi Arista Romadhoni
Senin, 25 Juli 2022 | 06:15 WIB
Awas! Anak Kecanduan Gadget Bisa Pengaruhi Mental, Ini Penjelasan Psikolog
Ilustrasi anak kecanduan gadget. Kecanduan gadget (gawai) pada anak bisa memengaruhi bahkan menyebabkan gangguan mental jika tak segera diatasi. (Shutterstock)

SuaraSurakarta.id - Kecanduan gadget (gawai) pada anak bisa memengaruhi bahkan menyebabkan gangguan mental jika tak segera diatasi.

Hal itu diungkapkan oleh Psikolog Psikolog Prof. Dr. H. Seto Mulyadi, S. Psi., M.Si. Anak yang kecanduan gawai bisa tiba-tiba marah ketika sinyal susah, kuota habis, karena merasa seolah tidak terpenuhi kenikmatan dan kenyamannya.

Bahkan, menurut pria yang akrab dipanggil Kak Seto itu ada anak yang sampai dirawat di rumah sakit jiwa gara-gara kecanduan gadget

"Jadi dari berbagai hal inilah sesuatu yang dinikmati dan sudah merasa nyaman dengan keadaan itu, tiba-tiba hilang secara mendadak, memang bisa menimbulkan anak-anak stres. Dia tidak bisa belajar sosial, tidak bisa melihat bagaimana pergaulan," kata Kak Seto dikutip dari ANTARA, Senin (25/7/2022). 

Baca Juga:Perlu Pengawasan, KPAI: 25 Persen Anak Indonesia Akses Media Digital Selama 5 Jam Lebih

Lebih lanjut, Seto menjelaskan ada beberapa kondisi yang harus diwaspadai oleh orangtua saat anak kecanduan gawai. Apabila anak sudah sulit untuk diatur, mengganggu pola makan, ibadah dan waktu belajar, hal tersebut perlu diwaspadai. Apalagi jika mood sang anak sulit untuk dikendalikan jika dijauhkan dari gawai.

"Kalau anak sudah mulai nggak teratur. Kalau makan, nggak makan. Kalau ibadah, tidak. Waktunya belajar juga tidak. Terus main gadget. Kadang mengurung diri di kamar. Atau uring-uringan. Marah-marah, nah itu sudah harus waspada. Ada sesuatu yang tidak beres pada jiwa anak," kata Kak Seto.

Jika anak sudah mengalami hal tersebut, Kak Seto menyarankan agar orangtua dapat meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak. Dengan demikian, hubungan persahabatan antara orangtua dan anak pun dapat terjalin sehingga anak tak hanya terfokus pada gawainya saja.

"Jadi biasakan menggelar rapat keluarga. Atau ngobras, ngobrol bareng asik misalnya. Jangan sekedar memberikan perintah saja. Tapi mulai dengan sekarang ayah dan bunda mau dengar apa yang menurut kalian kami salah? Gitu," kata Kak Seto.

Dengan dialog, menurut Kak Seto, maka terjalin persahabatan. Akhirnya, anak lebih nyaman bahwa ayah sama bunda sekarang sudah berubah. Tidak seperti dulu. "Karena itu juga tempat pelarian anak. Begitu ibunya marah, ayahnya cuek, ya sudah. Asyik banget dia dengan gadget," pungkasnya.

Baca Juga:3 Dampak Negatif Cek HP setelah Bangun Tidur, Hindari Kecanduan Gadget

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini