Analis Politik Sebut Usia Calon Presiden Menjadi Perhatian Generasi Muda, Tak Sesuai Bisa Memilih Golput

Usia calon presiden menjadi salah satu pertimbangan penting anak-anak muda Generasi Z danmilenialdalam menentukan pilihan mereka pada Pilpres2024

Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 15 Juli 2022 | 14:29 WIB
Analis Politik Sebut Usia Calon Presiden Menjadi Perhatian Generasi Muda, Tak Sesuai Bisa Memilih Golput
Ilustrasi pemilu. Usia calon presiden menjadi salah satu pertimbangan penting anak-anak muda Generasi Z dan milenial dalam menentukan pilihan mereka pada Pilpres 2024 (Unsplash/5Element)

SuaraSurakarta.id - Analis politik Pangi Syarwi Chaniago menyatakan usia calon presiden menjadi salah satu pertimbangan penting anak-anak muda Generasi Z dan milenial dalam menentukan pilihan mereka pada Pilpres 2024.

"Soal umur menjadi perhatian mereka karena bisa merepresentasikan aspirasi mereka," ujar Pangi, CEO & Founder Voxpol Center Research and Consulting, dikutip dari ANTARA, Jumat (15/7/2022).

Menurut Pangi, tak hanya usia, anak-anak muda juga cenderung mempertimbangkan penampilan fisik dan karakter calon pemimpin. Hal ini karena sebagian mereka tergolong pemilih yang mempertimbangkan kedekatan psikologis.

Walau begitu, menurut dia, ada juga sebagian dari mereka yang mendasarkan pilihan dari pengalaman dan kinerja capres. Pangi mengatakan porsi pemilih rasional ini sekitar 20 persen.

Baca Juga:CEK FAKTA: Benarkah Kabar Ketua Adat Papua Pastikan Anies Baswedan Menang pada Pilpres 2024?

"Sekitar 35 persen pemilih psikologis, 20 persen rasional, dan pemilih berbasis agama sekitar 5 persen," kata Pangi.

Khusus untuk pilpres, katanya, jumlah pilihan calon yang maju turut menjadi pertimbangan anak muda. Berkaca pada Pilpres 2019, terbatasnya pilihan pada dua pasangan calon cenderung mengecewakan anak-anak muda.

Oleh karena itu, menurut dia, makin banyak pilihan calon akan meningkatkan keinginan anak-anak muda untuk datang mencoblos.

"Variannya tidak beragam. Itu yang membuat anak milenial, anak muda, merasa enggak ada yang mewakili mereka. Mereka bosan dan jenuh dan akhirnya golput," tutur Pangi.

Mengenai golput atau golongan putih, menurut Pangi, hal ini juga karena anak muda merasa tak ada program dari calon pemimpin yang mewakili kepentingan mereka. Anak-anak muda, sambung dia, merasa pemilu tidak akan mengubah nasib mereka.

Baca Juga:Elektabilitas Anies Baswedan Menanjak, Dipicu Ganjar Pranowo Terganjal Aturan PDIP

Untuk itu, menurut dia, para calon pemimpin seharusnya mampu membaca selera anak muda termasuk apa yang mereka inginkan. Dia mengingatkan anak-anak muda tergolong sangat kritis dan tidak mudah dimobilisasi dengan imbalan uang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini