Jeritan Pilu Penjual Kue Moho dan Gorengan di Solo Setelah Harga Minyak Goreng Naik

Harga minyak goreng kemasan akan menyesuaikan nilai keekonomian.

Ronald Seger Prabowo
Jum'at, 18 Maret 2022 | 16:50 WIB
Jeritan Pilu Penjual Kue Moho dan Gorengan di Solo Setelah Harga Minyak Goreng Naik
Penjual sedang menggoreng sejumlah jajanan di kedainya. [Suara.com/ari welianto]

"Pengaruhnya keuntungannya lebih berkurang. Tambah ngeri, sempat berpikiran tidak jual gorengan, jual kue moho saja yang dikukus," sambungnya.

Ia pun hanya bisa pasrah dengan harga minyak goreng saat ini. Untuk tetap bisa berjualan, ia mengurangi takaran jadi lebih kecil sedangkan harga masih tetap Rp 2.000.

Karena harga saat pandemi kemarin sudah naik dari Rp 1.500 menjadi Rp 2.000. Kalau mau dinaikan lagi jelas tidak mungkin, karena yang beli juga kebanyakan warga kelas bawah.

"Takaran saya kurangi lebih kecil. Untuk sekarang produksinya dibatasi, awalnya buat 30 kilo perhari jadi 25 kilo," ucap dia.

Baca Juga:Negara dengan Harga Minyak Goreng Termurah, Satu Liter Cuma Rp8.500

Ia berharap ada perhatian dari pemerintah, karena jelas masyarakat kelas bawah sangat menjerit. Apalagi saat harganya murah stok minyak goreng langka, tapi saat harga naik malah stok banyak.

"Harapannya harga jangan terlalu tinggi dan mencari mudah, tidak usah sampai antri," tuturnya.

Hal senada juga disampaikan penjual gorengan pohung di sebelah barat SMA 7 Solo, Edi Kristiono (48) yang keberatan dengan naiknya harga minyak goreng

Penjual asal Klaten ini hanya bisa mengurangi porsi saja dan itu tergantung dari pembeli.

"Itu untuk menutupi kekurangan minyak. Harga tetap sama, hanya mengurangi porsi saja, kalau naik berdampak pada pelanggan," terangnya.

Baca Juga:Pedagang di Pasar Banyuwangi Ini Pilih Jual Murah saat Harga Minyak Goreng Meroket, Alasannya Bikin Terenyuh

Satu hari itu biasanya membutuhkan 34 kilo minyak goreng atau Rp520 ribu. Kalau harganya naik, bisa lebih banyak lagi uangnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini