Kisah Gunung Bawakaraeng, 'Mulut Tuhan' yang Tewaskan 3 Pendaki di Hari Kemerdekaan

Korban diduga tidak mampu bertahan di tengah perubahan suhu ekstrem saat berada di atas gunung, karena mengalami hipotermia.

Ronald Seger Prabowo
Kamis, 19 Agustus 2021 | 11:11 WIB
Kisah Gunung Bawakaraeng, 'Mulut Tuhan' yang Tewaskan 3 Pendaki di Hari Kemerdekaan
Basarnas Makassar bersama Tim Sar Gabungan mengevakuasi satu pendaki yang sakit di Pos 10 Gunung Bawakaraeng, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan / [Foto: Basarnas Makassar]

SuaraSurakarta.id - Tiga pendaki ditemukan tewas di Gunung Bawakaraeng di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, saat perayaan Hari Kemerdekaan RI, Selasa (17/8/2021) lalu.

Ketiga korban adalah Muhammad Rian, Steven Wiliam, dan Zaenal yang merupakan bagian dari sekitar 600-an pendak. Mereka diduga memaksa menerobos ke puncak Gunung Bawakaraeng karena ditutup sementara oleh polisi.

Korban diduga tidak mampu bertahan di tengah perubahan suhu ekstrem saat berada di atas gunung, karena mengalami hipotermia (kedinginan) berat saat mendaki di Gunung Bawakaraeng ketika itu cuacanya sangat ekstrem.

Diwartakan Solopos.com--jaringan Suara.com, Kamis (19/8/2021), Bawakaraeng bagi masyarakat sekitar memiliki arti tersendiri. Bawa artinya Mulut, Karaeng artinya Tuhan. Jadi Gunung Bawakaraeng diartikan sebagai Gunung Mulut Tuhan.

Baca Juga:Kibarkan Bendera Merah Putih di Gunung Bawakaraeng, 2 Pendaki Meninggal Dunia

Penganut sinkretisme di wilayah sekitar gunung ini meyakini Gunung Bawakaraeng sebagai tempat pertemuan para wali.

Para penganut keyakinan ini juga menjalankan ibadah haji di puncak Gunung Bawakaraeng setiap musim haji atau bulan Zulhijjah, bersamaan dengan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci.

Tepat tanggal 10 Zulhijjah, mereka melakukan salat Idul Adha di puncak Gunung Bawakaraeng atau di puncak Gunung Lompobattang.

Gunung yang tingginya sekitar 2.845 mdpl dari permukaan laut ini juga menjadi arena pendakian. Namun, sudah banyak menelan korban akibat mati kedinginan bila mendaki pada musim hujan.

Sementara itu, Kepala Basarnas Sulsel, Djunaidi, mengatakan korban ditemukan pada pukul 20.40 WITA oleh Tim SAR gabungan setelah melakukan penyisiran sepanjang jalur yang dilaporkan teman korban.

Baca Juga:Innalillahi, Dua Pendaki Tewas Usai Kibarkan Bendera Merah Putih di Puncak Gunung

Tim SAR menyebut badai terjadi selama dua hari dua malam di puncak gunung.

“Kalau suhu di atas kita tidak ukur, tapi badai itu di atas (Gunung Bawakaraeng) dua hari dua malam. Di atas itu, badai, angin kencang, hujan deras, tenda itu kemasukan air,” kata Rizal .

“Banyak korban yang kami tangani mengalami hipotermia. Kemarin setelah perayaan hari HUT, kami sudah sarankan dari puncak untuk turun pagi itu untuk menghindari badai lebih besar lagi, tetapi hanya sebagian yang turun,” ucap dia.

REKOMENDASI

News

Terkini