Sebagai informasi, agama Buddha melarang bunuh diri dengan alasan apa pun karnea melihatnya sebagai tindakan yang tidak diinginkan yang mengakibatkan karma negatif.
Umat Buddha di Thailand secara rutin membebaskan burung, ikan, dan hewan lain yang ditangkap untuk mendapatkan pahala dan mendapatkan karma positif dengan ‘menyelamatkan’ nyawa hewan-hewan itu.
Namun, melakukan bunuh diri karena alasan agama tidak memenuhi syarat sebagai perbuatan baik, menurut beberapa biksu Buddha terkemuka yang telah berbicara menentang tindakan Dhammakorn.
“Tidak ada ajaran di mana Buddha menyuruh Anda untuk memenggal kepala Anda sebagai persembahan,” terang Phramaha Paiwan Warawanno, seorang biksu di Bangkok yang memiliki banyak pengikut di media sosial.
Baca Juga:Mitsubishi Gandeng Hitachi Studi Kendaraan Listrik Komersial di Thailand
“Yang Buddha inginkan adalah agar orang-orang mengikuti ajarannya dan memiliki kehidupan yang lebih baik. Dia tidak ingin siapa pun menyerahkan hidup mereka atau berharap menjadi dia.”
Kendati demikian, beberapa orang Thailand justru membela biksu tersebut dengan alasan bahwa memutilasi diri telah menjadi cara religius tradisional untuk mencari dan mencapai kondisi mental dan spiritual yang lebih tinggi.
Ada kekhawatiran pengikut sekte Dhammakorn mungkin muncul di antara orang Thailand yang terus memiliki keyakinan pada ilmu hitam dan praktik yang dipertanyakan lainnya meskipun Buddhisme normatif tidak menyukai kepercayaan tersebut.
“Para eksekutif dan kepala vihara harus meninjau kembali praktik mereka dan menjaga biksu lain di vihara mereka. Insiden ini kemungkinan merupakan bukti dari kelalaiannya,” ungkap Sipbowon Kaeo-ngam, juru bicara Kantor Nasional Budha.
“Kita harus mencegah situasi tidak menyenangkan seperti itu terjadi lagi,” tandasnya.
Baca Juga:Naik Sampan, Tenaga Kesehatan Thailand Sambangi Daerah-daerah Terpencil
- 1
- 2