SuaraSurakarta.id - Gubernur Jawa Tengah (Jateng) memiliki kenangan atau cerita manis soal motor suzuki. Pasalnya motor keluaran tahun 1990an itu mengingatkan perjuangannya, tatkala ia masih berkuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Cerita itu Ganjar bagikan saat diundang Andre Taulany di kediamannya. Ketika Andre menunjukkan motor suzuki berwarna biru dan putih, Ganjar langsung menduduki sambil bercerita bahwa motor suzuki menyimpan kenangan yang membekas.
"Bapak keknya suka ini ya (motor suzuki) ambil aja buat bapak," ucap Andre di channel Youtube TUALANY TV, Rabu (26/05/2021).
Lalu Ganjar merespon dan mulai bercerita tentang pengalamannya mengendarai motor suzuki pada zaman kuliah di jurusan Hukum UGM. Bagi Ganjar motor itu menyimpan kenangan tak terlupakan, saat ia sering mengantar jemput kakak perempuannya bekerja di kantor imigrasi.
Baca Juga:Survei Pilpres: Elektabilitas Ganjar Pranowo Kalahkan Prabowo, Puan Turun
"Saya masih ingat saat masih di jogja, masih kuliah sering antar kakak perempuan bekerja di imigrasi tapi sudah meninggal. Pakai motor suzuki bawa keranjang juga isinya makananan nasi bungkus, dijual kakak saya di kantornya," sahut Ganjar.
Selain itu, Ganjar juga menyampaikan hal lainnya yakni setiap pukul 3 dinihari, ia bersama kakaknya selalu belanja ke pasar mencari bahan-bahan pokok untuk membuat nasi bungkus tersebut.
"Jadi setiap jam 3 dinihari itu saya selalu mengantar kakak saya ke pasar dengan motor ini (suzuki) juga, pokoknya banyak kenangannya," jelas Ganjar.
Setelah mendengar cerita itu, lantas Andre Taulany menanyakan saat ini Ganjar Pranowo sebagai orang nomor satu di Jateng tengah itu sedang sibuk membenahi persoalan apa.
"Beresin covid, penanganan covid itu paling penting. Percepatan vaksin untuk lansia, terus harapannya bisa segera membangkitkan ekonomi. Saya juga sering membantu UMKM, setiap minggu di instagram saya jualan dengan hastag Lapak Ganjar," tutupnya.
Baca Juga:Dibenci Partainya, Elektabilitas Ganjar Pranowo Semakin Melesat, Puan Hanya 0,7 Persen
Kontributor : Fitroh Nurikhsan
