Cuaca Saat Sriwijaya Air Jatuh: Berawan, Tapi Tidak Ada Indikasi Ekstrem

Pada 9 Januari 2021 pukul 14.40 WIB pesawat Sriwijaya Air SJ182 mengalami hilang kontak di sekitar Pulau Lancang, Kepulauan Seribu.

Siswanto
Selasa, 12 Januari 2021 | 11:32 WIB
Cuaca Saat Sriwijaya Air Jatuh: Berawan, Tapi Tidak Ada Indikasi Ekstrem
Ilustrasi cuaca berawan - (Pixabay/calibra)

SuaraSurakarta.id - Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional  mengatakan tidak ada cuaca ekstrem saat jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta-Pontianak di perairan Kepulauan Seribu.

"Tampak berawan, tetapi tidak ada indikasi kondisi ekstrem," kata Kepala Lapan Thomas Djamaluddin, Selasa (12/1/2021).

Berdasarkan pantuan Sadewa (Satellite-based Disaster Early Warning System) Lapan, tidak ada kondisi awan atau hujan ekstrem di titik kejadian.

Perkiraan kondisi atmosfer dari aplikasi Sadewa Lapan menggunakan Satelit Himawari-8 9 (awan tumbuh) dan model WRF (angin dan hujan) menunjukkan di sekitar titik kejadian tidak ada kondisi atmosfer ekstrem.

Baca Juga:Anak Pramugari Sriwijaya Air SJ182 Bagikan Video: Mami, Kangen

Thomas mengatakan walau ada proses pembentukan sistem konveksi di sekitar titik kejadian, tetapi tidak ada indikasi kondisi ekstrem.

"Dinamika atmosfer ini mempengaruhi pesawat yang melintas, tetapi belum tentu menjadi penyebab jatuhnya pesawat," ujarnya.

Analisis dinamika atmosfer menunjukkan sistem konveksi skala meso telah terbentuk di atas Lampung dan Laut Jawa di sekitarnya sejak pukul 11.00 WIB pada 9 Januari 2021. Sistem itu kemudian pecah dan berpropagasi ke selatan, yang berasosiasi dengan pertumbuhan sistem konveksi skala meso lain di atas Jawa bagian barat selama rentang waktu 13.00-15.00 WIB.

Pada 9 Januari 2021 pukul 14.40 WIB pesawat Sriwijaya Air SJ182 mengalami hilang kontak di sekitar Pulau Lancang, Kepulauan Seribu.

Pesawat itu membawa 50 penumpang dan 12 awak kabin.

Baca Juga:Masyarakat Diingatkan Tak Bikin Spekulasi Penyebab Musibah Sriwijaya Air

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini