SuaraSurakarta.id - Coronavirus disease 2019 (COVID-19) sering disebut-sebut sebagai kegiatan konspirasi antar Negara ataupun antar penguasa di Dunia. Namun belum ada bukti jika Covid-19 adalah bentuk konspirasi.
Dilansir dari Hops.id media jaringan Suara.com, Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara, AM Hendropriyono merespons narasi Covid-19 adalah konspirasi. Menurutnya, narasi itu berbasis hoax, membuat masyarakat tidak percaya kepada pemerintah dan akhirnya orang kehilangan akal sehat dan jadi psikopat.
Mantan Kepala Badan INtelijen Negara (BIN) itu menyatakanl, saat ini tersiar berita bahwa Covid-19 adalah bakteri bukan virus, sehingga banyak kalangan masyarakat yang terpengaruh.
Bahkan, ada yang beranggapan bahwa solusi dengan vaksin adalah bohong.
Baca Juga:Sebelum Jokowi Disuntik, Maruf Amin Minta Vaksin Sinovac Sudah Dicap Halal
“Ini hasil negatif dari teori konspirasi di AS yang mengglobal,” tulisnya dikutip dari akun Instagram, Rabu (6/1/2021).
Hendropriyono mengatakan di dunia ini, belum pernah ada ‘penemuan besar’ yang mengatakan covid-19 merupakan bakteri. Lihat saja, kata dia, saat ini produsen vaksin tidak hanya berjumlah satu perusahaan saja.
“Mereka, pabrikan vaksin, saling bersaing satu sama lain. Jadi tidak mungkin mereka berkonspirasi,” ujarnya.
Covid-19 konspirasi lahirkan psikopat
Ada sekian lembaga ilmiah, seperti Robert Koch Institut (RKI) di Jerman dan lainnya yang integritasnya dan kemampuannya tidak perlu diragukan lagi. Nah ternyata, kata Hendropriyono, tidak ada satu pun dari mereka yang menyangkal SARS-Cov-2 atau Covid-19 adalah virus.
Baca Juga:Bersiap Kembali Bekerja dari Rumah, Pemerintah Berlakukan PSBB Jawa-Bali
Untuk menangkal narasi Covid-19 adalah bakteri, Hendropriyono menunjukkan pesan dari Franz Magnis Suseno, yang mana tokoh agama itu menilai informasi dan berita hoaks vaksin Covid-19 sangat berbahaya, karena membuat orang ragu dan tidak percaya dengan usaha dari pemerintahnya masing-masing, dalam menanggulangi pandemi covid.
Gara-gara hoaks, masyarakat pun beropini pemerintah telah membohonginya. Akhirnya, mereka tidak waspada dan kehilangan akal budinya.
“Dampaknya, orang-orang bisa bertingkah laku psikopat dengan melakukan kekerasan,” tulis Hendropriyono.
Bukti tingkat psikopat efek dari teori konspirasi itu yakni di Jerman ada orang merobek masker orang lain di kereta-api. Di Amerika Serikat, ada seorang apoteker yang belakangan diketahui penganut teori konspirasi telah merusak 500 unit vaksin yang baru saja dikirim kepadanya.
“MOHON!, kaum muda bangsa Indonesia sebagai garda terdepan. Berantaslah HOAX! yang sangat berbahaya dan meresahkan bagi masyarakat ini,” ujar purnawiran jenderal yang kenyang pengalaman intelijen itu.