Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 01 Agustus 2025 | 18:35 WIB
Presiden ke-7 Jokowi saat memberikan pernyataan kepada wartawan di kediamannya, Solo, Jumat (1/8/2025). [Suara.com/Ari Welianto]

SuaraSurakarta.id - Di tengah pusaran polemik tudingan ijazah palsu yang tak kunjung reda, Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) mengeluarkan sebuah manuver politik yang cerdas dan tak terduga.

Alih-alih menunjukkan sikap defensif atau marah, Jokowi justru meresponsnya dengan sangat santai, seolah membalikkan meja kepada para pihak yang terus menggulirkan isu tersebut.

Respons santai namun penuh dengan sindiran tajam ini dilontarkan Jokowi saat menanggapi anggapan bahwa dirinya justru diuntungkan di tengah kegaduhan ini.

Banyak pihak menilai, semakin sering isu ijazah palsu ini diangkat, nama Jokowi justru semakin melambung karena terus menjadi pusat perbincangan.

Menanggapi hal itu, Jokowi seakan mengamini anggapan tersebut dengan nada menantang. Ia mempertanyakan siapa sebetulnya yang menciptakan kegaduhan yang menurutnya tidak perlu.

"Oleh sebab itu jangan gaduh. Siapa yang bikin gaduh," terang Jokowi di Solo, Jumat (1/8/2025).

Pernyataan ini bukan sekadar jawaban biasa. Ini adalah sebuah strategi komunikasi politik tingkat tinggi.

Jokowi secara implisit mengirimkan pesan bahwa serangan yang ditujukan kepadanya tidak efektif, bahkan menjadi bumerang bagi lawan-lawannya.

Ia memposisikan dirinya sebagai pihak yang mendapat keuntungan dari kekisruhan yang diciptakan.

Baca Juga: Cerita Warga Solo Beli Mobil Esemka: Susah Minta Ampun, Dapat Juga Bekas

Lebih jauh, mantan Gubernur DKI Jakarta ini menjelaskan logika di balik pernyataannya. Ia menyiratkan jika kondisi tenang dan damai, justru dirinya yang berpotensi dirugikan. Logika terbalik ini menjadi senjata psikologis untuk meredam para penyerangnya.

"Ya kalau gaduh terus kemudian itu jadi keuntungan bagi saya, ya jangan gaduh. Kalau gaduh nanti saya akan diuntungkan, kalau nggak gaduh, adem ayem saya mungkin bisa dirugikan," jelas dia dengan tenang.

Puncak dari serangan balik psikologis Jokowi ini adalah kalimat penutupnya yang bersifat provokatif. Ia seolah memberikan "lampu hijau" bagi siapa pun yang ingin terus membuat gaduh, dengan konsekuensi popularitasnya akan terus meningkat.

Ini adalah sebuah langkah berani yang menempatkan para pengkritiknya dalam posisi serba salah.

"Kalau masih pada senang saya diuntungkan. Buatlah gaduh," tandasnya.

Langkah Jokowi ini menandai babak baru dalam drama politik seputar ijazah palsu yang telah bergulir lama.

Sebelumnya, Jokowi juga sempat menyinggung adanya "orang besar" di balik isu ini, meski ia membantah tudingan itu mengarah pada Presiden ke-6 SBY.

Dengan respons terbarunya, Jokowi tidak lagi bermain dalam narasi pembuktian legalistik, melainkan membawa pertarungan ke arena persepsi dan psikologi politik, sebuah medan yang tampaknya sangat ia kuasai.

Kontributor : Ari Welianto

Load More